06. DENDAM YANG MASIH MENETAP

3K 281 12
                                    

SELAMAT MEMBACAAAA



****
Cuaca yang mendung tidak mengurungkan niat beberapa siswa pecinta bola basket itu untuk bermain di tengah lapangan sekolah. Bahkan mereka rela mengganti seragam putih abunya dengan jersey olahraga meskipun beberapa diantaranya yang dikenakan adalah jersey olahraga futsal. Dan tak heran, beberapa siswi pengagum cowok tampan itu dengan semangat juga ikut menonton dari tepi lapangan.

Namun, suara deruman motor tak enak didengar tiba-tiba saja memenuhi area sekolah. Mereka yang mendengar deru motor yang memekak-kan telinga itu kompak menoleh bersamaan ke arah sumber suara. Terlihat Geng Ranstor yang ingin memasuki Area SMA Garuda dengan paksa sembari memainkan gas motornya di depan gerbang sekolah tanpa ada rasa malu.

Inti Venzaros yang melihat itu pun menggeram kesal. Musuhnya datang di waktu yang sangat tidak tepat! Yaitu disaat waktu jam sekolah masih berlangsung. Meskipun Venzaros saat ini menunggu kemunculan mereka, tapi tidak dengan datang ke sekolah seperti ini lantaran akan ada resiko yang besar nantinya. Dengan sigap, mereka berlari menuju gerbang dengan sekali perintah Arka dengan tegas. "JANGAN BIARIN BERANDAL ITU MASUK!"

Ardo segera berlari menuju luar sekolah di mana tempat musuh-musuhnya itu berada. "WOI ANJING! NGGAK USAH SOK-SOK AN BIKIN ONAR DI SINI!" Peringat Ardo lantang melihat Geng Ranstor yang memarkirkan motornya tepat di hadapan mereka. Geng Ranstor yang mendengar itu hanya menyeringai tak sedikitpun merasa peduli. Mereka jelas merindukan musuhnya yang selalu menjadi incarannya selama ini.

Rio—leader dari Geng Ranstor itu turun dari motornya. Kemudian berjalan santai menghampiri inti Venzaros yang sudah menyorotkan pandangan tidak suka dengan keberadaan mereka. "Gimana kabar lo?" Tanya Rio kepada Arka, seraya mengangkat alisnya angkuh. Cowok tampang berandalan itu mengangkat dagunya dengan sombong di depan Arka yang masih tenang, meskipun..

"Mau apa lo ke sini?" Ketus Arka tidak bersahabat dengan tatapan tajam. Keringatnya mengalir membasahi headband hitam yang melingkar di kepalanya.

"Kita ke sini? Yakin lo semua nggak kasih sambutan buat kita?" Rio bertanya dengan penuh penekanan itu diiringi tawa dari anak buahnya, bermaksud mengejek pertanyaan dari ketua Venzaros itu.

Inti Venzaros yang mendengar itu membuang muka dengan terkekeh. Ada-ada saja ketua geng ranstor ini.

"Yakin ke sini karena butuh sambutan? Bukan lebih tepatnya lo semua ke sini menyambut kematian?!" Decih Bryan menanggapi ucapan Rio yang kini berhasil membuatnya mendidih. Kedua tangannya mengepal siap untuk memberi bogeman mentah kepada wajah-wajah mereka.

"BACOT LO SEMUA!" Teriak salah satu anak buah Rio.

"Pergi! Gue nggak butuh kehadiran lo semua!" Ketus Satya.

"Kita buktiin! Gue tunggu lo semua buat lawan kita di tempat biasa setelah pulang sekolah!" Tantang Rio seraya tersenyum remeh ke arah anggota Venzaros. Ditantang seperti itu, tidak membuat mereka takut sama sekali. Bahkan mereka mengangguk setuju dengan tantangan musuhnya itu. Mereka merindukan pukulan renyah dari tangan masing-masing untuk meremukan wajah-wajah tidak tahu diri milik mereka.

"Nggak usah belagu lo!" Sungut Algan emosi.

"Lihat aja nanti, cabutt!!" Komando Rio kepada anak buahnya, lalu berbondong-bondong meninggalkan area SMA Garuda.

Mereka hanya menggelengkan kepala tidak habis pikir seraya menatap kepergian geng Ranstor yang sudah tidak terlihat. Hari ini sedah jelas, dua perkumpulan musuh benar-benar mengepung mereka secara bergantian.

"Tempat biasa? Di lapangan sekolah lama?" Tanya Ardo.

"Iya, jangan ada yang berani datang ke sana masih pake seragam sekolah!" Tegas Arka kepada mereka. Meskipun hanya seragam, tetapi tetap saja dapat memicu pandangan masyarakat terhadap sekolahnya. Jika sampai melihat pertarungan mereka, bisa-bisa nama baik sekolahnya bisa terlibat.

ALGARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang