33. AKHIR MALAM BERDARAH

3.5K 277 8
                                    

HAII, MALAM!
DIBACA YA,, SEMOGA SUKA SELALU.
DI BACA PELAN-PELAN YAAA

*
*

Kami memang berjalan dengan mengikuti takdir yang sudah ditentukan. Dan perkumpulan kami akan tetap abadi sampai akhir takdir kami masing-masing.

-VENZAROS GANG

Rasa gelisah dan ketakutan, membuat mereka yang menunggu di depan ruang oprasi ketua Venzaros itu sangat kacau. Segala rasa kesal dan marah berlomba-lomba menyerang perasaan mereka kala melihat sosok yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Hancur. Benteng pertahan perkumpulan besar itu hancur dengan tumbangnya pemimpin kebanggaan mereka. Rasa sesal kian menyerang membersamai doa yang terus mereka ucapkan.

Sang mama menangis tersedu-sedu melihat anaknya yang sangat jauh dari kata baik. Merasa tidak tega dengan kondisinya sekarang, ia hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar anaknya diberikan keselamatan dan bisa bersamanya seperti sedia kala.

"Andai gue tadi cepet nolongin lo," gumam Algan dengan pandangan mengarah pada tangannya yang gemetar dengan dipenuhi darah dari sahabatnya itu. Darah yang ia dapat dari tubuh yang nyaris hancur karena luka pada beberapa sisi.

Pintu ruangan itu akhirnya terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya dengan bersetelan jas berwarna putih. Dokter itu tersenyum menyapa mereka yang sepertinya sudah menuntut jawaban.

"Gimana keadaan anak saya, Dok?" Tanya Genisa tidak sabaran.

Dokter itu menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Mencoba untuk memulai menjelaskan kondisi Arka dengan tetap tenang agar mereka juga siap mendengarkannya. "Kondisi pasien terbilang tidak baik, terdapat kerusakan pada jantungnya karena mendapat benturan yang begitu keras. Sehingga membuat jantungnya mengalami kerusakan dan lemah."

Sebuah kenyataan menampar begitu kejam. Mendengar kondisi anaknya, Genisa kembali menangis. Ia tidak mampu menopang tubuhnya lagi, semuanya terasa lemas. Begitu juga dengan Bara, menjadi seorang kepala keluarga tentu membuatnya juga merasa gagal.

"Sekarang, adik saya udah sadar? Pasti dia bisa sembuh kan Dok?" Tanya Yasta dengan mencoba menenangkan Aurey yang ada didekapannya. Dadanya bergemuruh tidak tenang sejak di lapangan.

Dokter menggeleng pelan dengan sorot mata sendu. "Pasien koma, karena pendarahan pada kepalanya. Ada kemungkinan, otak pasien juga mengalami kerusakan."  Dokter itu menghela napasnya berkali-kali. Ia tidak habis pikir dengan apa yang terjadi dengan satu pasiennya kali ini.

"Menurut saya, Arka ini termasuk anak yang kuat. Meskipun saraf di tubuhnya nyaris hancur, dia masih bisa bertahan. Dan mungkin.."

"Kesembuhannya hanya mencapai nilai enam puluh persen saja."

Pertahanan seolah roboh karena sudah tidak mampu menahan tubuh yang lemas. Kabar yang telah di dengar sangat begitu menyakitkan dan menyiksa semua orang. Satya duduk di atas lantai dengan tubuh menyender pada tembok. Dia meraup wajahnya kasar, menolak semua kenyataan yang ia dengar. Sesekali ia membenturkan kepalanya sendiri karena merasa prustasi. "Nggak... lo jangan kayak gini Ka! Siapa yang mau jadi pemimpin gue?!"

Dini hari yang dingin kini penuh dengan rasa sakit. Semua inti Venzaros dipenuhi dengan rasa bersalah yang menusuk perasaan mereka. "Nggak usah pura-pura lo Bos," Ardo terkekeh hambar sebelum meninju tembok rumah sakit begitu kencang. Cowok itu mengacak rambutnya dengan perasaan marah. Bahkan ia masih terbayang, senyum dari sahabatnya benerapa waktu lalu karena kemenangan.

Sosok yang selalu terlihat tangguh diantara mereka, kini terbaring lemah di bangsal rumah sakit. Tidak ada lagi suara tegas yang memerintah layaknya seorang ketua mengomando anggotanya. Tidak ada lagi sosok dengan ciri khas Headband hitam yang selalu melekat pada kepalanya. Sosok itu, kini memutuskan untuk beristirahat sebentar dan berjanji akan kembali. Pasti.

ALGARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang