37. USAI PERJUANGAN

5.4K 360 23
                                    

SELAMAT MEMBACA

Dia usai. Pergi dengan semestinya diantara perjuangan yang belum selesai.

**

Hari yang mulai sore dengan rintik gerimis membasahi tanah pemakaman. Anggota Venzaros dengan jaket kebanggaan mereka kini mengitari makam seseorang yang terlihat masih basah. Mereka semua menatap lama nama 'LEO DIRGAN FALANIO' dengan perasaan tidak percaya. Rasanya, mereka sedang berada di dalam mimpi yang sama.

Hari ini perkumpulan besar itu tengah berduka dengan pulangnya wakil ketua mereka.

Aurey dengan beberapa inti Venzaros lainnya menaburkan bunga tepat di atas makam itu dengan mencoba menahan air mata. Rasanya sungguh sesak, jika di tinggal oleh orang yang sudah sangat dekat, bahkan sudah menjadi keluarga. Benar, mereka semua keluarga di atas perkumpulan besar Venzaros.

"Kok curang sih bang? Sahabat lo belum bangun, nanti, gue harus bilang apa kalo abang gue tanya keberadaan lo?" Monolog Aurey dengan terus mencoba untuk tetap tersenyum. Sebisa mungkin, dirinya harus terlihat tegar.

"Udah nggak capek lagi kan, bang? Udahan ya, belajarnya?" Imbuh Byanca seraya mengusap batu nisan itu.

Jika ditanya di mana orang tua Leo? Jujur mereka tidak tahu.  Lebih tepatnya, mereka tidak mengetahui keberadaan ayah Leo. Sedangkan Bundanya sedang dalam perjalanan pulang dari luar negeri setelah mendapat kabar dari Algan. Mereka merasa iba mengetahui kisah cerita dari wakil ketuanya itu yang terbilang sangat kacau. Kedua orangtuanya tidak menemaninya kala saat - saat terakhir.

"Tenang ya bang, bunda lo bakal ke sini kok. Tanpa ayah yang nyiksa lo," ungkap Byanca. Ada dendam yang tumbuh dalam dirinya mengenai sikap Darma.

Satya jongkok dengan merangkul Aurey, dan Byanca yang sudah mereka anggap seperti adiknya sendiri. "Bro, selama bareng, kita belum pernah cerita panjang lebar. Karena lo sendiri irit ngomong, tapi.. nanti kita ngobrol panjang ya? Di tempat lo!"

"Tenang bang, lo udah nggak dikekang lagi. Sekarang, hidup lo udah bebas dari semua hak yang nggak lo suka. Tunggu gue bang, kita bangun Venzaros yang abadi di sana." Vero berucap dengan wajah yang sendu. Siapapun akan mengetahui bahwa dirinya sedang mencoba untuk tegar. Cowok itu biasanya bersikap jenaka, seolah menjadi penghibur pada perkumpulan itu.

"Bertemu kembali di kehidupan selanjutnya, wakil ketua. Gue susul lo nanti," ujar Ardo sebagai penutup sebelum mereka pulang karena hujan mulai turun.

******


Setelah beristirahat sebentar di markas Venzaros. Satya, Bryan, Algan, Ardo, dan Vero, memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Mereka berjalan di lobi rumah sakit dengan wajah yang masih terlihat berduka. Rasanya masih sama. Yaitu sesak kala kembali menginjakkan kaki ke tempat yang amat sangat mereka benci. Yaitu tempat kepergian dan tempat kesakitan yang sahabat mereka rasakan.

Sampai di depan ruang rawat Arka, mereka berhenti. Mencoba terlihat kuat di hadapan Arka yang masih belum bisa melihat wajah kacau mereka. Hari ini mereka terlalu banyak mengokohkan tembok agar tetap terlihat tegar.

"Kalian, yang kuat ya?" Ucap Genisa terdengar tulus kala melihat inti Venzaros masuk. Wanita itu merangkul kelima remaja yang sudah rapuh itu dengan sayang. Bagaimana pun juga, ia bisa merasakan rasa sakit yang mereka rasakan saat ini.

ALGARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang