25. AMARAH YANG SEBENARNYA

2.2K 226 4
                                    

PART 25 NIH!!

SELAMAT MEMBACAAAA

------

Tidak ada penegasan ulang, setelah peringatan pertama.

-Algarka Vergontabara.

*****

Papa : Papa sama mama pergi dulu ke luar kota. Ada urusan bisnis mendadak, jaga rumah ya bang, papa bakal pulang beberapa hari lagi.

Arka melihat ponselnya yang terdapat pesan masuk dari Bara. Cowok itu menghela napas, orang tuanya sering sekali sibuk dan pergi mendadak akhir-akhir ini. Setelah membalas pesan, Arka meletakkan ponselnya begitu saja diatas meja. Saat ini jam istirahat sedang berlangsung, inti Venzaros sedang berada di kantin sekarang dengan pesanannya masing-masing.

"Eh tau nggak sih?" Bryan memulai sesi perghibahan.

"Apaan?"

Bryan melirik Satya yang terlihat senyum-senyum sendiri seraya memandangi ponselnya. Mereka yang melihat itu langsung mengikuti arah pandang Bryan. Merasa diperhatikan, Satya pun mengangkat pandangannya dengan alis yang terangkat sebelah pertanda menanyakan sesuatu. "Ngapain ngeliatin gue?"

"Lo, jadian kan, sama adek kelas?" Goda Bryan dengan mengangkat alisnya.

Paham betul dengan alur pembicaraan, Ardo menepuk pundak Satya sebanyak dua kali. Senyumnya merekah hingga membuat kedua matanya menyipit. "Sahabat gue udah gede,"

"Sialan, apaan sih lo berdua?" Sinis Satya tidak habis pikir. Cowok itu menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya itu yang memasang raut wajah konyol.

"Udah bener-bener mantap sama satu hati, Sat?" Tanya Algan dengan terus mengunyah bakso yang baru saja ia pesan. Satya yang mendengar itu hanya mengangguk membenarkan, sudah waktunya dirinya berhenti untuk terus memainkan perasaan perempuan. Lagipula percintaanya masih miris, ia harus meluluhkan hati seseorang yang membuatnya berhenti memainkan perempuan.

"Mantap sih mantap, tapi susah gue luluhinya. Harus ada perjuangan besar!" Blas Satya.

"Gue dukung, Sat. Yang jelas, jangan pernah jadi laki-laki bego sampai tega ninggalin cewek yang udah nerima lo apa adanya." Ujar Ardo tulus. Meski terlihat sangat menjengkelkan, namun mereka sama-sama memiliki solidaritas satu sama lain. Hingga pada dasarnya, pertemanan mereka terus berjalan sampai saat ini karena adanya sifat dewasa yang ditunjukan pada situasi yang tepat.

"Sahabat gue tuh baik, ada aura nerakanya lagi." Balas Satya.

"Oasuu," umpat Bryan dengan tangan memiting leher Satya.

Mereka menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah keduanya. Pertengkaran yang kekanak-kanak itu justru menambah pertemanan mereka semakin erat. Namun, berbeda arti jika dari arah pandang laki-laki dingin yang sedang memainkan ponselnya itu

"Sinting," celetuk Leo tanpa disaring terlebih dahulu. Cowok yang irit berbicara itu selalu melontarkan kalimat yang begitu pedas dengan wajahnya yang terlihat sangat menyebalkan. Tetapi sialnya, parasnya teramat sangat tampan.

***

Selepas dari markas, Arka segera bergegas pulang lebih awal karena tidak ada kedua orang tuanya di rumah. Cowok dengan headband hitam yang sudah menjadi ciri khasnya itu menyempatkan diri untuk mampir terlebih dahulu ke sebuah minimarket yang tidak jauh dari rumah. Selesai dengan belanjaannya ia langsung melajukan motornya kembali untuk bergegas pulang.

ALGARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang