20. JANJI YA, NGGAK AKAN KEMANA-MANA?

2.3K 225 6
                                    

SELAMAT MEMBACAA SEMUAAAAA

*



Katanya janji itu harus ditepati. Jadi, tepati sampai waktu perjanjian itu tiba.





*****

Arka memutuskan mengajak Leo untuk menginap di markas Venzaros malam ini, seraya mengobati luka-luka lebam yang memenuhi tubuh sahabatnya itu. Leo butuh istirahat, dan markas Venzaros lah yang paling nyaman dari rumahnya sendiri. Di tempat itu, Leo bisa merasakan kehangatan dari sahabat-sahabatnya yang ikut serta menemaninya di kala waktu tidur, dalam kondisi yang tidak nyaman lantaran luka-lukanya yang terasa menyakitkan. Sebelumnya Arka meminta izin untuk pulang terlebih dahulu karena Aurey bersamanya. Kini keduanya tengah melaju di tengah-tengah dinginnya angin malam dengan keadaan langit yang sedang mendung.

"Dingin, Rey?" Tanya Arka. Cowok itu merasakan adiknya semakin mempererat pelukannya.

Aurey tempak mengangguk pelan yang di sadari oleh Arka. "Banget bang, jaget gue nggak menetralisir sama sekali,"

Waktu sudah menunjukkan hampir jam dua belas malam. Dengan tegas Arka memerintahakan Aurey agar berpegangan lebih erat. "Pegangan, gue mau ngebut biar cepet sampai rumah."

Namun keberuntungan tidak memihak kepada mereka. Tepat di setengah jalan, hujan mulai menjatuhkan rintiknya secara perlahan dan semakin deras membuat keduanya basah kuyup. Arka sempat mengabaikan dan terus melaju dengan kecepatan cukup kencang, tetapi derasnya hujan semakin memperburuk penglihatan serta membuat jalanan menjadi licin. Malam semakin gelap dengan lebatnya hujan yang membawa angin membuat ranting-ranting dan beberapa daun jatuh begitu saja dengan bebasnya. Petir juga terdengar bergemuruh membuat malam ini sedikit mencekam.


Cowok itu lantas memilih untuk meneduh di sebuah halte yang sepi. Karena ia merasa bahwa tidak mungkin tetap melaju dengan kondisi hujan yang sangat lebat. Pakaiannya sudah basah tanpa terkecuali. "Sini, nggak mungkin lanjut jalan," Arka menarik tubuh Aurey agar duduk disampingnya. Cowok itu lantas melepas jaketnya yang sudah basah untuk menambah kehangatan untuk Aurey. Menyisakan kaos hitam pendek yang hanya membalut tanpa memberi kehangatan pada tubuhnya.

"Lo nanti kedinginan, bisa sakit bang!" Ucap Aurey sempat menolak. Tetapi tidak dipedulikan oleh kakaknya sama sekali.

"Gue aman."

Lantas Aurey menatap lama ke arah langit yang sangat mendung nyaris berwarna hitam. Udara dingin sangat membuatnya menggigil. Arka yang menyadari itu langsung saja mendekap Aurey seraya mengusap rambut adiknya yang sudah lepek dengan kasih sayang besar. Ia ingin membuat kehangatan meskipun itu sangat mustahil karena keadaan mereka yang basah tanpa terkecuali.

"Bang, gue mau cerita!" Aurey mendongak menatap Arka yang hanya diam meminta persetujuan dari sang kakak.

"Gue dengerin, mau cerita apa?"

"Misalnya, kalo ada seseorang yang berani bikin orang-orang terdekat lo sakit hati gimana?" Aurey menjeda ucapannya sebentar. "Apa yang bakal lo lakuin?"

Tanpa keraguan, Arka menjawab pertanyaan itu dengan sangat mudah tanpa merasa ragu sedikitpun.

"Tebas sampai tuntas,"

Plak!

Aurey memukul lengan Arka sedikit keras. Dengan mata melebar karena tidak percaya, Aurey menggelengkan kepala. "Jangan berlebihan! Anak orang mau lo bunuh?"

ALGARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang