11. HUJAN BERSAMA DENGAN LUKANYA

2.7K 242 1
                                    

SELAMA MEMBACAAA

Nggak cukup hanya dengan setetes darah. Kalau dia merenggut nyawa, maka juga harus dibalas dengan nyawa.

*







"Kenapa? Jangan pernah lupa sama 'Shira Arquendia' cewek lo yang udah mati!" Tekan Yasta dengan senyuman miring.

BUGH!

Satu pukulan keras mendarat cantik dirahang cowok itu. Dengan emosi yang bergejolak, Arka menyerang kakaknya membabi buta. Yasta tidak tahu, bahwa secara tidak langsung dia kembali menyiksa batin Arka. Dengan ucapan yang dia lontarkan secara mulus, Yasta sudah membuat trauma itu kembali.

Shira Arquendia, seseorang yang pernah singgah di hati seorang Arka. Gadis itu adalah kekasihnya yang sudah tiada sejak beberapa tahun yang lalu.

"DIA MENINGGAL KARENA KECELAKAAN, LO GAK TAU FAKTANYA!" Sarkas Arka penuh amarah dengan gigi bergemelutuk.

"KECELAKAAN, KARENA LO! KARENA LO GAK BECUS JADI COWOKNYA!" Tegas Yasta kembali. "Seharusnya lo sadar, lo pembawa sial, setiap orang yang dekat sama lo meninggal. Bahkan dua orang yang pastinya berharga dalam hidup lo!" Lanjutnya penuh penekaan.

DAMN!

BAGAI DIHANTAM OLEH BATU BESAR!

Ingatan itu, kembali berputar di kepala Arka. Semua memori-memori masalalu seakan kembali tanpa terkendali. Kesenangan, kesedihan, penyesalan, rasa bersalah, dipojokan, semua kian berlomba-lomba untuk kembali menyiksa Arka. Sakit! Itu yang Arka rasakan, dia mengerang kuat seraya mencengkeram kepalanya. "DIAM GUE BILANG!" Dengan napas memburu, cowok itu semakin gencar untuk memberi bogeman kepada kakaknya itu.

Sampai pada, kedua remaja yang tidak asing kini berjalan santai menghampiri mereka. "Oh, jadi lo punya cewek, Ka?"

"Ngapain lo berdua?!" Tanya Arka menatap tajam kearah seseorang itu yang datang bersama salah satu rekannya. Kedua remaja itu adalah Rio bersama salah satu anggotanya yang diketahui bernama Bima.

Rio yang mendengar itu tertawa seraya merangkul Yasta. "Lo lupa? Kakak lo adalah wakil gue?"

Seakan teringat sesuatu, persetan dengan rasa sakit di kepalanya. Arka terkekeh. Dia melupakan satu hal besar, bahwa kakaknya adalah wakil dari musuhnya. "Ternyata lo yang pengecut di sini, bukan gue!"

Ugh!

Serangan tanpa aba-aba berhasil mendarat di perut Arka hingga membuatnya terbatuk. Rio dan Bima mengunci pergerakan Arka dengan mencekal kedua lengannya. Bermaksud agar Yasta bebas untuk meluapkan segala emosinya yang sudah meluap. "Nyerah aja, Ka! Ketua kayak lo udah lemah!" Ujar Bima.

"Banci lo semua, nggak berani maju sendiri lo?!" Balas Arka mencoba memberontak. Dengan sisa tenaganya, Arka mencoba menghindar dari setiap pukulan dari cowok yang ada dihadapannya itu. Tetapi itu hanya berlaku beberapa saat, Arka akhirnya tidak bisa berkutik dengan keadaan kedua tangan yang dicekal semakin erat.

Arka hanya diam, menikmati serangan dari Yasta. Dengan seluruh luka fisik maupun batin yang saat ini sedang menyiksanya lagi dan lagi. Cowok itu tampak menikmati.

"Bangsat!" Batinnya mengumpat.

BUGH!

"ADIK KAYAK LO! NGGAK PANTES HIDUP!"

BUGH!

"GUE BENCI PUNYA ADIK PEMBUNUH KAYAK LO!"

BUGH!

ALGARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang