35. DIA YANG MEMILIKI LUKA

3.2K 263 9
                                    

BACK NIH!
SELAMAT MEMBACA!! JANGAN LUPA VOTENYA YAAWWW!!

********

Dua minggu yang lalu..

Pukul 00.35 d iatas rooftop sebuah bangunan besar.

Angin malam yang begitu dingin sama sekali tidak menggoyahkan dua remaja yang tengah berdiri di sisi rooftop. Keduanya menatap langit malam yang terlihat mendung. Sepertinya, mereka sedang menikmati pikiran mereka dengan suasana yang seperti saat ini, tenang, dan damai. Mereka juga mencoba melunturkan masalah dan pikiran masing-masing yang setiap hari semakin membuat kepala mereka terasa pusing.

Arka menghela napas panjang. Melirik ponselnya yang sejak tadi berada di genggamannya. Malam yang semakin larut sama sekali tidak masalah baginya. Bahkan rasa mengantuk sama sekali tidak dirinya rasakan. "Gimana?"

"Sama aja. Malah, Ayah gue berhasil buat bunda gue pergi dari rumah." Balas Leo dengan tangan yang mengepal di dalam saku jaketnya. Cowok itu merasakan kehancuran sebuah keluarga yang semula goyah dan akhirnya roboh.

"Lo terlalu lama buat jujur sama gue, Yo. Sekian banyaknya semua derita yang lo rasain, sama sekali nggak pernah bilang sama gue!"

Leo mengangguk membenarkan. Bukannya dia tidak ingin bercerita dengan sahabatnya. "Sulit, Ka. Gue juga nggak mau sahabat gue terus menerus di hina sama ayah gue sendiri." Mengingat, ayahnya selalu membuat sabatnya menjadi sasaran kemarahan dari kegagalan Leo. Darma selalu menyalahkan Arka perihal kegagalannya.

"Walaupun sulit bukan berarti di tutup, bego. Bokap lo bener-bener keterlaluan! Dan gue juga nggak masalah jadi sasaran kemarahan bokap lo yang gila bisnis itu!" Bukan maksud Arka menghina ayah dari sahabatnya. Tetapi, dirinya juga merasa muak karena sahabatnya selalu dituntut untuk kebutuhan dunia bisnis yang bahkan Leo sendiri sama sekali tidak tertarik.

Bukan hanya salah satu dari mereka. Akan tetapi keduanya memang sama-sama memilki luka berbeda dengan rasa yang sama. Keduanya juga sama-sama berusaha menutupi luka yang butuh sebuah tempat untuk bercerita. Sebenarnya juga mereka adalah orang pengecut dengan masalah mereka sendiri. Berusaha bisa namun tidak bisa. Mencoba kuat namun ternyata lemah.

"Gimana sama trauma lo?" Tanya Leo dengan mendudukan tubuhnya pada lantai rooftop. Ia ingin Arka juga berbagi masalahnya.

"Sama. Tiap malem nggak bisa tidur karena suara sialan itu. Lagi dan lagi Yo, kata 'pembunuh, pembawa sial, manusia nggak berguna' selalu ganggu tidur nyenyak gue," Arka terkekeh mengingat mimpi-mimpi buruknya.

"Gini banget ya, Yo. Rasanya kalo ditinggal mama kandung, bahkan gue belum lihat wajah cantik mama. Setelah gue terpojokkan, gue malah ditinggal orang yang bikin gue tahu apa itu cinta dan mencintai. Rasanya emang bener-bener mantap 'kan, Yo?"

"Sinting,"

Arka tertawa mendengarnya. Malam ini, menjadi malam di mana pemiliki luka saling menceritakan semua masalah dan perasaannya. Memang sedikit tenang, setelah lamanya mereka menutupi hingga akhirnya perlahan mereka buka dan berbagi.

"Capek," keluh Leo. Kini ia telah merebahkan tubuhnya dengan mata terpejam. Bukan hanya batin, tetapi fisiknya juga terasa sangat sakit.

"Sejak kapan dan sampai kapan?"

"Sejak kita lahir sampai kita udah nggak ada di dunia, Ka." Jawab Leo lagi. "Dari lahir lo udah dituduh dan dipojokkan, dan dari lahir gue udah di kekang dan dimanfaatkan!"

Takdir yang hampir sama. Namun dengan alur cerita yang berbeda. Terluka dan memendam masalah, sudah menjadi hal yang kerap dijumpai oleh Arka maupun Leo. Tetapi, kedua sahabat itu nyatanya juga saling melengkapi. Juga saling merangkul kala luka itu kembali muncul.

ALGARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang