16

419 126 10
                                    

"Ya Ampun ini! Ini kenapa bumi bergetar!" Panik salah satu ibu-ibu.

Memang benar, kondisi di pemukiman seperti sedang terjadi gempa bumi karena pertarungan di atas.

Mereka beruntung karena rencana memperketat keamanan pemukiman rencana yang tidak sia-sia.

"Kak? Kenapa ini buminya gerak-gerak? Apa lagi disko?" Nana menoleh ke Haechan.

"Na ini gue lagi tegang. Lo jangan ngelawak ya." Jawab Haechan. Raut wajahnya terlihat ketakutan.

"Idih. Orang Nana ini nanya kok."

Haechan dan Nana berada di penampungan dengan usul Taeyong. Karena tidak mungkin juga Haechan yang baru pulih bisa bertarung. Lagi pula ia juga harus menjaga adiknya sendiri.

Nana diam sejenak. Matanya menatap seorang anak laki-laki yang raut wajahnya tak kalah takut dengan kakaknya.

Sebenarnya banyak anak-anak disini, tapi entah kenapa pandangan Nana hanya tertuju kepada anak laki-laki itu.

Tanpa Haechan sadari Nana sudah tidak ada disebelahnya.

°•°•°

Suara nafas beradu di ruangan yang sepi. Bangchan berhasil menyelamatkan Han dan Seungmin.

Hyunjin dan Ayen juga sudah bisa berjalan seperti awalnya walaupun sedikit terseok-seok.

Bangchan mendorong Han menggunakan kursi roda. Sedangkan Seungmin masih belum sadarkan diri sehingga harus dibawa menggunakan brankar.

Ayen berdiri dari duduknya. Berjalan mengelilingi ruangan itu. Ruangan dimana dulu sembilan orang memulai mimpinya.

"Kita dulu bahagia banget ya kak." Ujar Ayen.

Pandangan Hyunjin, Bangchan dan Felix terarah pada Ayen.

"Gue males nostalgia Yen." Sahut Hyunjin.

"Terus kita mau ngapain disini?" Tanya Felix.

Semua menatap Bangchan. Sedangkan yang ditatap hanya diam.

BUM! BUM! BUM

BLAR!

Guncangan dan suara bom yang lumayan besar mengejutkan mereka. Ruangan ini berada dibawah tanah dan untung saja dilapisi oleh material tahan gempuran. Beberapa menit kemudian, guncangan itu sudah berkahir.

"Kak,"

"Kayanya semua hancur." Kata Ayen.

Semua juga diam mematung.

"Orang-orang di pemukiman, gimana?"

Bangchan berdiri lalu berjalan kesebuah pintu besi yang ada dipinggir ruangan. Menekan beberapa nomor disana.

Pip pip pip pip!

Dan pintu itu terbuka. Terdapat 9 tabung kaca di kanan kirinya dan 1 tabung kaca sedikit lebih besar ditengah. Tabung kaca yang berada ditengah berfungsi untuk mengaktifkan robot.

Tabung kaca ditengah itu ada robot Lino yang sedang menutup matanya dan banyak kabel yang menempel disekujur badan robotnya.

Sedangkan 2 dari 9 tabung di kanan dan kiri itu sudah kosong. Itu adalah tabung robot Changbin dan Lino yang duluan mereka aktifkan.

Bangchan berjalan ke tabung yang berada ditengah. Lalu memencet tombol-tombol yang entah apa saja itu fungsinya.

Ya, Bangchan sedang mencoba mengaktifkan Lino yang beberapa waktu lalu menjadi rusak karena ulah orang-orang gila itu. Siapa lagi kalau bukan Jackson dan bawahannya.

Suara besi saling bergesekan terdengar. Robot Lino mulai aktif. Matanya terbuka menatap ke depan.

Hyunjin, Felix dan Ayen yang menyaksikan itu nampak kagum dengan makhluk buatan itu.

"Kita ke penampungan sekarang." Ucap Bangchan.

"Lewat mana kak? pintu depan nggak mungkin bisa dibuka." Ayen bertanya.

"Kan ada terowongan Yen." Sahut Hyunjin.

"Hah sejak kapan?" Bingung Ayen. Pasalnya ia tidak pernah diberitahu bahwa ada terowongan di sini.

"Udah dari lama buset. Lo kemana aja Yen?" Sahut Felix.

Ayen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gue kemana ya kak?"

"Tolol." Hyunjin nempeleng kepala Ayen.

°•°•°

"Duh ini kok serem sih. Jalannya cepet sedikit ngapa Lix." Protes Han.

Mereka senang Han sudah siuman. Hyunjin dan Ayen jadi tidak harus menahan tawa seperti tadi. Karena Han yang naik kursi roda sambil didorong sedangkan masih dalam keadaan pingsan membuat kepalanya oleng sana sini, Ayen dan Hyunjin berasa melihat acara komedi tadi.

Tapi Han yang sudah siuman ini lumayan membuat Felix dongkol. Sejak keluar dari ruangan lalu mulai berjalan melewati lorong, Han sangat ketakutan dan banyak omong.

"Naik motor aja lo sana, banyak omong anjir!" Kesal Felix.

"Ya kan gue minta cepet dikit."

"Dorong aja sendiri nih." Felix melepaskan pegangannya dari Kursi roda Han dan meninggalkannya.

Ayen dan Hyunjin yang melihat itu dari belakang tertawa, ngakak sambil salto.

ngga:)

"Sini deh gue gantian yang dorong." Tawar Ayen.

"Iya Yen, lo masih muda kuat kan. Dorong tuh ampe Mesir." Sindir Felix.

"Siap!" Seru Ayen.

"Iya Yen, lo bisa kan cepet, gue takut nih."

"Oke siap siap."

"Satu..."

Pandangan Felix, Hyunjin dan Bangchan mengarah ke Ayen yang mulai berhitung.

"Dua..."

Perasaan Han mulai tidak enak.

"Ti...ga..! HYAKK!!"

Ayen mulai berlari secepat mungkin sambil mendorong kursi roda Han.

"AYEN! SIALAN! GUE JATUH NANTI YEN! AYEN! WAAA!!"

"AHAHAHAH!" Hyunjin udah ngakak gulung-gulung tuh.

Bangchan dan Felix pun ikut tertawa sekencang-kencangnya.

Akhirnya. Mereka bisa tertawa lagi walaupun dalam suasana seperti ini.

Bangchan menunduk dan melihat sekilas bahwa Seungmin yang sedang sibuk dalam mimpinya tersenyum. Apakah Seungmin sedang ikut tertawa bersama mereka?

[2] SKZ: The Next Of The Z [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang