"Loh dia?!" Mata Jaehyun melotot sambil menatap perempuan yang duduk di sebelah Irene.
"Kenapa Yun?" Tanya Woojin.
"Profesor Nakamoto?" Sahut Doyoung.
"Nah itu! Emaknya Yuta!" Taeyong ikut menyahut.
Mereka teringat saat berada di markas Yuta, mereka menemukan foto Yuta dengan seorang perempuan dan petunjuk. Dan perempuan di depan mereka ini sangat mirip dengan perempuan di foto waktu itu, walaupun wajahnya sedikit lebih pucat dan menua.
"Yuta?!" Perempuan itu langsung bangun dan berseru saat mendengar nama Yuta disebut.
Woojin tersentak kaget, "Buset!"
"Loh udah sadar?" Tanya Irene.
"Kalian kenal Yuta?" Perempuan yang dipanggil Profesor Nakamoto itu tidak menggubris pertanyaan Irene.
Robot Changbin dan Lino mereka letakkan lebih dahulu karena berat, lalu Taeyong menggangguku dan menjawab, "Iya kenal. Anda emaknya Yuta kan?"
Jaehyun menyenggol lengan Taeyong lalu berbisik, "Mama atau mommy gitu lah tanyanya, emak-emak!"
"Iya, saya mamanya Yuta. Dia dimana sekarang?" Terlihat raut wajah Profesor Nakamoto sangat cemas.
Mereka berempat langsung diam saling menatap satu sama lain.
"Apakah dia berubah menjadi makhluk itu?" Profesor Nakamoto bertanya lagi.
"Eum...Yuta-" Ucapan Taeyong dipotong Jaehyun.
"Iya, tapi Yuta sudah meninggal." Ucap Jaehyun sambil menundukkan kepalanya.
Profesor Nakamoto mengangguk, "Ini semua salah saya. Padahal saya berharap masih bisa menemui dia." Ia tersenyum, tapi hatinya sakit.
Semua diam tidak berani bicara.
"Sudah, jangan dipikirkan. Sekarang kita perlu mengambil kapsul vaksin." Ujar Profesor Nakamoto mencairkan suasana.
"Kapsul vaksin?" Woojin dan Johnny saling tatap karena mengucapkan kalimat yang sama.
Profesor Nakamoto mengangguk, "Saat ini pasti mereka menuju menara di ujung perbatasan. Mereka akan menyebarkan virus itu."
"Bukannya mereka sudah menyebarkan virus ke seluruh dunia?" Tanya Irene.
"Iya, tapi mereka benar-benar gila harta. Mereka akan menyebarkan virus itu lagi, ke daerah yang lebih padat penduduk. Tidak hanya di kota-kota miskin." Jelas Profesor Nakamoto.
"What?!" Taeyong menjerit kaget.
"Anj*r santai!" Doyoung memukul punggung Taeyong.
"Terus? Dimana kita harus ambil kapsul vaksin itu?" Woojin bertanya.
Profesor Nakamoto menoleh ke Irene, "Dia tau. Tapi vaksin itu tidak akan bekerja tanpa beberapa bahan."
"Lalu bagaimana?" Taeyong ikut bertanya.
"Aku dengar kalian sudah membuat vaksinnya, dan vaksin itu bekerja tujuh puluh lima persen. Kalian tinggal mencampurkan kedua vaksin itu." Jelas Profesor Nakamoto.
Irene menganggukkan kepalanya, lalu menatap Woojin, "Tolong lepaskan ikatan ini."
"Ah iya." Woojin segera melepaskan ikatan yang mengikat tangan dan kaki Irene. Tak lupa juga melepas ikatan Profesor Nakamoto.
"Kalian bisa menemani saya?" Pinta Irene.
Karena bingung siapa yang akan menemani Irene, akhirnya mereka memutuskan untuk bermain kertas, batu, gunting dan Johnny bersama jaehyun yang terpilih untuk menemani Irene untuk mengambil kapsul vaksin.
"Sebelumya, terimakasih Irene. Sudah membantu ku untuk menghambat penyebaran virus itu."
°•°•°
"Mereka udah pergi, gimana ini?" Raut wajah Kira cemas.
"Gue kejar." Setelah berkata demikian, robot Woojin langsung berlari dengan kecepatan tinggi ke arah pesawat tadi pergi.
"Lah woi!" Hyunjin berteriak. Robot itu terlalu cepat mengambil keputusan.
"Lah itu! Profesor Irene!" Bangchan melihat Irene, Johnny dan Jaehyun yang baru saja keluar dari ruangan. Merekapun menghampirinya.
"Prof, nggak apa-apa?" Tanya Bangchan.
Irene mengangguk, "Kalian, bisa kembali ke markas dan ambil satu tabung kecil saja vaksin?"
"Hah? Bukannya semua udah hancur?"
"Tidak, saya yakin Bangchan pasti menyimpan beberapa. Iyakan?"
Bangchan mengangguk. Lalu Irene menjelaskan misi mereka dengan cepat dan singkat untuk mengambil vaksin, mengejar pesawat Jackson dan mengambil kapsul vaksin.
"Bangchan, kau harus benar-benar mengulur waktu. Karena kita tidak mungkin sampai tepat waktu." Ucap Irene sebelum tim Bangchan berangkat.
°•°•°
Robot Bangchan, Han, Felix dan Ayen menggabungkan tubuh robot mereka menjadi pesawat tempur yang cukup untuk beberapa orang tumpangi. Seperti Transformers.
Mereka akan kembali ke markas dengan secepat mungkin. Membawa Robot Lino, robot Changbin, Profesor Nakamoto dan Kira yang akan membantu merawat Profesor Nakamoto.
"Ayo cepet!" Seru Mark yang bersiap naik ke pesawat.
"Loh Mark ikut balik?" Tanya Kira.
"Iya, soalnya kalau gue ngikut mereka, bakal jadi beban tim." Mark menunjukkan deretan giginya.
Kita mengangguk-angguk. "Oke. Kalau gitu bisa kan bantu?"
Segera Mark membantu Kira untuk membawa Profesor Nakamoto naik ke pesawat. Tenaga Profesor itu hampir tidak ada, saat berbicara saja dia perlu mengeluarkan seluruh tenaganya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan profesor ini hingga ada di sini?
Setelah semua masuk, pesawat segera lepas landas. Jarak antara markas CLOUD dan Savior lumayan jauh, kurang lebih 6 kilometer. Tapi dengan pesawat canggih itu, mereka bisa sampai dalam 5 menit. Pesawat itu melesat seperti angin.
Rencananya Profesor Nakamoto, Kira dan Mark akan tetap tinggal di markas bersama pengungsi yang lain. Dan hanya keempat robot itu yang akan kembali membawa vaksin.
°•°•°
"Ini." Irene mengambil kotak besi kecil yang berada tengah ruangan gelap itu.
Mereka saat ini berada di ruang bawah tanah yang ada di bawah ruang kerja Profesor Nakamoto.
Saat sedang mencari kapsul vaksin itu, Irene bercerita sedikit ke Jaehyun dan Johhny. Bahwa ibu Yuta atau Profesor Nakamoto adalah pemimpin CLOUD yang sebenernya.
Tujuan awal CLOUD membuat virus itu memang untuk menguasai perdagangan dunia, mereka hanya memberi ancaman kepada dunia bahwa akan ada virus berbahaya. Rencananya mereka akan menyebarkan ke satu wilayah terpencil di Benua Selatan. Hanya untuk gertakan saja.
Karena sifat Jackson yang gila harta dan ia berfikir bahwa semua akan sia-sia jika dihentikan begitu saja. Akhirnya Jackson menusuk Profesor Nakamoto dari belakang, membocorkan rahasia Profesor Nakamoto, bahwa ia yang menyebabkan dunia sekarang menjadi kacau.
Memang benar, tapi Profesor Nakamoto sudah menyuruh Jackson untuk memberikan vaksinnya. Jackson hanya berpura-pura sudah memberikan vaksin, padahal ia malah menyebarkan virusnya semakin luas. Dan dengan kejam Jackson mengabarkan kepada seluruh dunia bahwa Profesor Nakamoto sudah mati bunuh diri karena tidak mau bertanggung jawab atas kesalahannya. Padahal Profesor itu dikurung di penjara bawah tanah selama berbulan-bulan.
Untung saja Irene mengetahui kebenaranya lewat mata-mata yang ia kirimkan ke markas CLOUD karena ia curiga dengan tugas yang diberikan makin hari makin mencurigakan.
"Ayo, kita harus cepat."
__________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] SKZ: The Next Of The Z [END]
AdventureKami kembali! Dengan wajah baru. Dengan wujud baru. Dan dengan misi yang baru. pt two of nzt update tidak terjadwal. Diharapkan untuk membaca seri pertama dahulu, NZT : Eradication of the virus Z