"24

52 11 15
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

*Beautiful Flower*







***

(Bayangin aja naeun kek gitu ya gayanya, tapi rambutnya di kuncir setengah gitu)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Bayangin aja naeun kek gitu ya gayanya, tapi rambutnya di kuncir setengah gitu)


Naeun yang kini berada di paviliun teratai, atau tempat dimana para tamu tinggal disaat mereka singgah ke Istana Guang. Naeun duduk di bangku taman yang berada di paviliun teratai itu, menatap kolam yang kini tengah di penuhi bunga teratai sesuai nama paviliunnya.

"Apakah telah usai?."tanyanya yang entah pada siapa.

Naeun diam menikmati kesunyian malam ini. Ia hanya memiliki waktu malam ini saja karena dia yakin esok hari yang akan menyambut hari-hari setelahnya sudah bukan dia lagi, melainkan Xia yang asli. Ya, naeun yakin karena misinya dan sang sahabat telah usai. Sang pembunuh telah di tangkap dan di hukum mati, kisah cinta ini juga akan berakhir bahagia. Xia bai, akan menikah dengan panglima fei bulan depan.

Senyum kecil muncul di wajah ayunya, entah untuk apa itu. Senyum senang karena akan kembali kedunianya kah? Atau senyum sedih karena harus merelakan hatinya?. entahlah, naeun sendiri tidak tau untuk apa senyum itu ia ciptakan. Yang ia tau, kini hatinya merasa tak rela. Tidak rela untuk melepaskan cinta yang telah ia bibit.

Naeun menatap hampa bunga teratai berwarna merah muda itu. Bukankah ini yang naeun inginkan? Segera menyelesaikan misi dan kembali kedunianya, kembali berkumpul bersama sahabat yang ia rindukan. Lantas mengapa kini hati naeun terasa sesak akibat ketidak relaan?. apakah, naeun boleh egois?.

Naeun segera menggelengkan kepalanya dengan kencang, "tidak son naeun, kau tidak boleh berfikir seperti itu. Ini memang sudah jalanmu". Tuturnya sambil mengusap kasar wajah cantiknya.

Benar, ini memang sudah jalannya, jalan yang harus memang son naeun terima.

"Mengapa kamu menangis?."

Suara berat itu mengejutkan naeun dari lamunannya. Dengan segera gadis cantik berhanfu merah muda itu menatap keatas pada sosok yang entah sejak kapan telah berdiri di hadapannya dengan mata yang memicing tajam.

Naeun tertegun sesaat sebelum dengan lembut tangan kanannya terangkat dan menghapus air mata yang tidak ia sadari kedatangannya. laki-laki berwajah rupawan itu berjongkok dengan tegap di hadapan naeun, menggenggam lembut kedua tangan naeun yang tenggelam di tangan besarnya. Maniknya menatap lembut dan dalam, dan mampu menghipnotis naeun akan pesonanya.

Beautiful flower [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang