"16

104 11 2
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

*Beautiful Flower*

***

Mijoo mengetukkan jari telunjuk kanannya di atas bibir berlipstik merah miliknya sambil menggigit pelan bibir bawahnya, itu kebiasaan mijoo saat sedang berfikir atau ada sesuatu yg mengganjal di fikirannya.

Sesekali helaan nafas akan ia keluarkan. Dan pada akhirnya decakan sebal juga ia lakukan.

"Qiaaaaaa"panggil mijoo frustasi.

Qia yg berdiri tepat di samping mijoo hanya bisa diam dengan kepala yg ia tundukkan, jujur dia juga bingung.

"Apakah ada perkembangan kabar dari yang mulia kaisar atau tidak panglima Fei?"tanya mijoo menyerah.

Qia menatap sang majikan penuh sesal.

"Maaf permaisuri, belum ada kabar apapun"serunya pelan.

Mijoo kembali berdecak sebal. Ini sudah 5 hari berlalu dan si sialan yg meracuninya belum ke tangkep juga. Jangankan tertangkap, jejaknya saja tidak ada.

"Tapi Qia kau benar merasa tidak ada yg mengawasi selama membuat teh?" tanya mijoo sambil menghadap Qia.

"Tidak yang mulia".

Mijoo menatap Qia dengan kening yg mengerut.

"Wen Yun bilang berhati-hati dengan orang di dekatmu, lalu patutkah aku mencurigai Qia? Karena yg membuat teh itu dia sendiri, kecuali kalau dia.....".

"Qia apakah kau sempat meninggalkan teh itu? Seperti kau berbalik untuk mengambil apa gitu?"tanya mijoo lagi.

Qia mengangkat kepalanya, ia memiringkan sedikit kepalanya ke kiri guna kembali mengingat kejadian 5 hari lalu.

"Ahhh iya yang mulia, aku mendengar benda jatuh di dekat rak penyimpanan bumbu dapur jadi aku sempat ke rak itu, tapi yang mulia aku hanya sebentar"seru Qia saat mengingat sesuatu.

Kerutan di kening mijoo semakin terlihat, mijoo berjalan perlahan menuju jendela kamarnya sambil berfikir.

"Suara benda jatuh dekat rak bumbu dapur? Kalau tidak salah ingat rak itu berhadapan dengan meja tempat biasa Qia mengolah teh dan meja itu terbuat dari batu. Bisa saja sosok itu bersembunyi di belakang meja lalu ia melempar sesuatu ke arah rak untuk mengalihkan perhatian Qia, lalu setelah perhatian Qia teralihkan baru dia mencampur minumanku dengan racun".

Mijoo membalik badannya menatap Qia.

"Qia setelah kau memastikan asal suara itu apa kau tidak mengambil sesuatu lagi? Seperti gula?"tanyanya.

Qia membalasnya dengan gelengan yg membuat mijoo mengangguk yakin.

"Jadi begitu ya. Qia sudah selesai dengan tehnya dan langsung pergi meninggalkan dapur, dan sosok itu aman. Setelah itu dia pergi meninggalkan dapur sebelum ketahuan".

"Tapi siapa dia?" bisik mijoo.

"Ahh suara langkah kaki setelah Qia pergi. Seingatku malam itu aku mendengar suara langkah kaki" Seru mijoo lagi dalam hati dengan manik yg membulat.

"Qia malam itu tidak ada penjaga yg berjaga di sekitar perpustakaan kan? Lalu dayang?"tanya mijoo.

"Tidak ada yang mulia. Saya juga tidak tau kemana perginya mereka" seru Qia.

"Aneh. Bukankah semua tempat di istana ini di jaga? Aiissh sial, aku bisa botak lama-lama kalau begini" gerutu mijoo.

Mijoo menghela nafasnya lelah.

Beautiful flower [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang