"11

104 16 2
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

*Beautiful Flower*

***


Mijoo menghembuskan nafasnya entah sudah yg keberapa kalinya dalam 10 menit ini. Demi apapun kini mijoo merasa sangat gugup hingga membuat tangannya bergetar.

"Astaga ada apa denganmu lee mijoo? Bukankah sudah biasa bagimu bertemu seorang pria? Bahkan kau berteman dengan nam joohyuk yg notabennya termasuk prince sekolah"erangnya kesal.

"Tapi ini beda, demi tuhan dia seorang kaisar. Nanti kalau ketahuan aku bukan istrinya bagaimana? Duh kalau aku di hukum mati mana bisa ketemu mommy-daddy lagi"serunya pelan.

"Permaisuri".

Panggilan Qia membuat mijoo menatap sang dayang pribadi nanar.

"Qia katakan pada Ben Gong apa yg harus Ben Gong lakukan? Kau tau kan Ben Gong masih belum ingat"serunya.

Qia mendekati mijoo.

"Permaisuri, anda tidak perlu berbuat sesuatu, cukup bersikap seperti diri anda sendiri saja. Saya yakin hati anda pasti masih mengingatnya walau ingatan anda hilang".

Mijoo diam. Qia benar, hatinya tau apa yg bisa dia lakukan. Baiklah, dia akan bermodalkan perasaannya saja.

"Tapi Qia, bisa kau jelaskan sedikit tentang Ben Gong dan yang mulia kaisar?".

Qia yg di tanya seperti itu seketika menundukkan pandangannya dengan gugup, dan hal itu tak luput dari pandangan mijoo. Gadis cantik itu menatap penuh selidik gadis muda di hadapannya.

"Qia, kau tak menyembunyikan sesuatu kan?"serunya.

Qia masih diam, kini gadis berhanfu biru itu meremat kedua tangannya gugup. Mijoo menghela nafasnya, dia tau. Ada sesuatu hal yg belum Qia ceritakan padanya dan itu sesuatu yg tidak baik kalau mijoo tebak.

"Qia, boleh Ben Gong mendengarnya?"tuturnya lembut.

Qia mengangkat kepalanya hingga pandangannya bertemu dengan wanita nomor satu di negeri guang itu. Qia lemah saat mendapati tatapan lembut sang permaisuri, tatapan lembut yg dulu pertama kali ia dapatkan dan selalu bisa membuatnya tenang.

"Permaisuri maafkan saya karena tidak memberitahu anda. Hamba hanya tidak ingin anda kembali sedih seperti sebelum-sebelumnya"ucapnya lirih yg mampu membuat kening mijoo mengeryit bingung.

"Katakanlah Qia".

Qia menggigit bibir bawahnya sebelum kembali berbicara.

"Sebenarnya hubungan permaisuri dengan yang mulia kaisar terbilang dingin. Yang mulia kaisar yg jarang menemui anda dan jika bertemu pun selalu bersikap dingin, dan yang mulia permaisuri juga akan bersikap dingin kepada yang mulia kaisar tapi.....tapi Qia tau jika permaisuri sangatlah mencintai yang mulia kaisar, karena Qia melihat tatapan penuh damba yg anda berikan kepada yang mulia kaisar".

Tangan mijoo meremat kain hanfu merah yg ia kenakan, entah mengapa hatinya terasa sakit saat mendengar cerita gadis muda itu. Tapi mijoo tidak bisa menampik perasaan senang saat mendengar nama sang kaisar di sebut.

Beautiful flower [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang