3. Si Gadis Desa

425 60 1
                                    

Bismillahirohmanirohim
.
.

"teh, Epul mau makan sama sosis yang ini ya." ucapnya pada teteh nya yang seorang pedagang kecil.

"kamu bawa nasi nya kan?" bocah berusia tiga belas tahun itu mengangguk

"yaudah sebentar ya, teteh ngelayanin buat si Aa ini dulu ya." ucapnya seraya membolak balikan sosis dan bakso di atas panggangan.

Bocah bernama Saeful itu duduk di bale yang ada dibelakang gerobak dagang kakaknya.

"ai, neng Laila teh tos gaduh kabogoh?" tanya pembeli di hadapannya itu.

"acan A. ini A sosis bakarnya semua jadi lima belas ribu." ucapnya seraya pesanan pemuda itu. Pemuda itu langsung memberikan uangnya dan berlalu dari tempat jualan Laila.

Najmatul Laila. Nama yang di berikan oleh orangtua nya yang berarti bintang di langit malam. Orangtuanya berharap anaknya bisa menjadi cahaya di gelapnya kehidupan. Si gadis desa yang mempunyai mata hazel itu terlahir sebagai gadis yang kuat.

Menjadi piatu saat dirinya masih berusia sepuluh tahun membuat Laila harus hidup bersama dengan bibi nya. Laila tumbuh menjadi gadis mandiri karena kerasnya hidup. Ayahnya pergi merantau saat ia masih berusia sembilan tahun. Dan hingga usianya 25 tahun sang ayah tak pernah sekalipun pulang ke kampung halamannya barang sedetik pun untuk melihat putrinya.

Laila kecil tinggal di sebuah rumah peninggalan ibu nya. Ia hidup bersama dengan adik perempuannya. Namun ada kejadian dimana dirinya harus tinggal dengan sang bibi. Laila tak mau mengingat kejadian nahas itu. Dirinya cukup trauma untuk mengingat hal yang menjadi penyebab meninggalnya sang adik.

Beruntungnya ia tinggal bersama bibi nya. Meski sang bibi merantau di kota, ia kini tinggal bersama dua sepupu nya. Usaha yang ia tekuni saat ini juga berkat bantuan sang bibi. Awalnya saat Laila lulus sekolah SMA ia meminta untuk ikut dengan bibi nya. Namun bibi nya tidak memperbolehkan dan sebagai gantinya sang bibi memberikan Laila modal untuk berdagang. Sebenarnya Laila adalah salah satu siswa berprestasi di sekolahnya ia juga mendapatkan beasiswa di salah satu perguruang tinggi negeri di daerah Bandung. Namun beasiswa itu tak ia ambil. Ia ingin membalas jasa Bibi yang telah merawatnya.

"Teteh titip warung dulu ya, Pul. Nanti kalau ada A Ian kesini kamu baru boleh pergi main. Teteh mau ke musholah dulu kasihan A ilham ngajar sendirian." ucapnya di angguki oleh Saeful

Di sela kesibukkan nya berdagang, ia juga menyempatkan diri untuk mengajar ngaji di musholah desa. Ilmu itu harus di bagi supaya menjadi pahala jariyah yang akan terus mengalir sampai kita meninggal nanti. Karena ilmu yang bermanfaat adalah salah satu pahala yang tidak terputus meski jasad telah berada di dalam tanah.

"assalamualaikum A. Maaf saya baru datang."

Ilham yang masih membereskan meja untuk anak-anak mengaji pun mendongak dan tersenyum pada Laila.

"wa'alaikumussalam, ehh iya gapapa, La. Ayo masuk anak-anak sebentar lagi datang."

Dan benar saja satu persatu anak muridnya mulai berdatangan. Setelah belajar membaca dan menulis Al-Qur'an, pengajian diakhiri dengan bercerita.

"adek-adek. Kemarin Aa cerita tentang apa?" tanya Ilham

"tentang pasukan gajah A." jawab anak-anak serentak

Sujud Cintaku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang