18. Hilangnya Sinar Mentari

279 46 3
                                    

Bismillahirahmanirahiim
.
.

Happy reading


Pagi ini Mentari mulai masuk tahun ajaran baru. Tak terasa kini Mentari sudah kelas duabelas. Satu tahun lagi ia akan lulus dari bangku sekolah dan memulai peruntungan baru di dunia perkuliahan. Namun ada yang berbeda kali ini dengan Mentari.

Mentari yang biasanya selalu menebar kehangatan dengan sikapnya kini hangatnya mulai memudar. Mentari yang biasanya selalu memancarkan sinarnya dengan keceriaan kini mulai meredup. Laila pernah bertanya ada apa dengan Mentari nya tapi yang ia dapatkan hanya amarah Mentari. Laila sadar bahwa Mentari pun butuh privasi jadi ia tak mau mencampuri masalah Mentari selagi masih bisa di selesaikan sendiri.

Tok tok tok

"sayang, sarapan dulu yuk. Sebentar lagi kamu berangkat sekolah, lho, nanti terlambat." kebiasaan baru Bagas sebulan terakhir ini. Membangunkan Mentari.

Sebagai seorang ayah tentu Bagas merasa ada yang janggal dari perubahan sikap putrinya. Sebulan terakhir ini putrinya cenderung lebih tertutup. Mentari yang biasanya selalu menyapa sang ayah setiap pergi dan pulang sekolah kini tak lagi melakukan hal itu. Mentari yang biasanya selalu menemani Laila di dapur kini pemandangan itu tak lagi ia nikmati lantaran putrinya lebih memilih menghabiskan waktu di kamar. Bahkan anak gadisnya itu seolah tak ingin di sentuh olehnya. Itu yang menjadi tanda tanya besar di kepala Bagas.

Putra sulungnya pun tak mengetahui perubahan sikap adiknya karena Andreas sendiri masih menjalani penerbangan dan baru akan pulang besok lusa. Bagas ingin sekali memberitahu tentang sikap Mentari akhir-akhir ini pada Andreas. Sebab Andreas lebih tau sifat Mentari dibandingkan ia sebagai ayahnya. Tapi niatnya itu ia urungkan karena Bagas tak mau membuat Andreas kepikiran dan berakhir tak fokus dalam bekerja. Karena bagaimanapun melakukan penerbangan dibutuhkan pikiran yang fokus karena menyangkut nyawa ratusan orang.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan Mentari yang sudah siap berangkat sekolah, "Papa duluan aja, aku sarapan disekolah."

Mentari berlalu begitu saja dari hadapan ayahnya. Tak ada cium tangan yang biasa dilakukan putrinya, tak ada senyum pula di raut wajah cantik putrinya. Bagas merindukan sosok anak gadis nya yang periang.

Laila yang tengah menyiram tanaman di depan rumah pun terheran dengan wajah Mentari yang nampak pucat. Diam-diam Laila memperhatikan Mentari yang tengah memakai sepatunya.

"Tari, kamu sakit? Wajah kamu pucat banget." Laila menghampiri Mentari, ia hendak menyentuh bahu Mentari namun di tepis oleh Mentari.

"Aku gapapa!" ucapnya dengan ketus.

Laila menatap nanar kepergian Mentari. Kemanakah perginya Mentari yang selalu membawa kehangatan itu?

🌻🌻🌻

Bunyi telepon rumah berdering dengan nyaring membuat Laila yang tengah memasak di dapur pun segera menghampiri ruang tamu dimana letak teleolpon rumah berada.

"assalamualaikum dengan rumah pak Bagaskara. Ada yang bisa saya bantu?" ucap Laila pada seseorang di seberang telepon.

"Wa'alaikumussalam. Bu, saya dari pihak sekolah Mentari ingin mengabarkan bahwa saat ini Mentari sakit dan sedanf di bawa menuju rumah sakit Harapan Medika."

Laila mematung mendengar penjelasan seseorang di seberang sana.

"ba-baik pak, saya kesana sekarang. Assalamualaikum." Buru-buru ia meletakan kembali teleponnya dan bergegas memberitahu bi Tati di dapur. Ternyata ini jawaban dari kegelisahannya sedari tadi. Mentari nya sakit.

Sujud Cintaku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang