10. Bertemu Mama

287 54 2
                                    

Bismillahirahmanirahiim
.
.

"Mentari!"

Langkah Mentari terhenti saat Maharani memanggil dirinya. Kini mereka sedang ada di koridor sekolah.

"tumben lo udah dateng. Biasanya juga lo paling belakangan datengnya." sindir Mentari pada sahabatnya itu.

"ck, gue rajin salah. Males apalagi!" Mentari memutar bola mata malas, "eh, iya. Gue mau nanya, kenapa lo bisa nolak si Alvin sih?"

"dia cerita ke lo?"

"iya, ehh nggak! Gue yang maksa dia cerita. Soalnya dia datang ke rumah gue sambil uring-uringan. Terus gue tanya kenapa, awalnya dia gak mau cerita. Tapi dengan jurus paksaan dari gue akhirnya dia mau cerita juga." jelasnya, "Emang kenapa sih lo nolak si Alvin. Dia ganteng, pinter pula. Kalo lo jadian sama dia kan lo bisa manfaatin kepintarannya tuh." lanjutnya lagi

Mentari hanya mendengus sebal. Mentari meletakan tasnya diatas meja lalu duduk bersandar di kursi dengan malas, "Ran, perasaan itu gak bisa di paksa. Gue gak mau nerima seseorang karena kelebihannya. Lagipula gue mau fokus sama pendidikan gue, Ran. Lo tau itu."

"ya, tapi kan pacaran sama si Alvin juga gak bakal ganggu sekolah lo kali. Yang ada lo bisa manfaatin kepintarannya buat bantu tugas-tugas lo di sekolah."

"tetap aja, Ran gue gak bisa. Gue lebih senang begini. Bebas. Mau ngapain aja, mau kemana aja gak ada yang larang."

Maharani mendengus sebal, "gak usah nyindir deh. Keenan begitu juga gue juga demi kebaikan diri gue sendiri. Lagipula kemana-mana ada yang gandeng itu ngerasa lebih aman tau!"

"ck, itu pacar apa bodyguard? Lagian ya gue gak mau numpuk dosa dengan pacaran. Dosa gue itu udah banyak gue gak mau nambah-nambahin dosa lagi." ujar Mentari. Ia jadi teringat dengan ucapan Laila.

Pacaran itu hanya memupuk dosa. Jangankan pegangan tangan, tatap-tatapan aja jatuhnya sudah zina mata. Naudzubillah. Lagipula apa sih untungnya berpacaran? Mau dapet perhatian dari lawan jenis? Kamu udah dapet kok dari Abang sama Papa kamu. Jangankan perhatian, kasih sayang dan cinta juga udah kamu dapetin semua bahkan lebih besar dari lelaki yang baru kamu kenal.

Maharani memutar bola mata malas, "sejak lo gaul sama pembokat, lo jadi sok alim!" Maharani langsung meninggalkan Mentari sendirian.

Mentari menunduk mendengar sindiran sahabatnya. Beginikah cobaan jika diri kita ingin berubah menjadi lebih baik?

Lagi, Mentari teringat nasihat Laila.

Ketika seseorang ingin berubah menjadi lebih baik saat itu pula banyak cobaan yang akan ia hadapi. Jadi kita harus tetap fokus dengan tujuan awalnya.

🌻🌻🌻

Di temani dengan rintik hujan, Mentari menghabiskan waktu sore nya dengan duduk termenung di restoran milik abangnya. Ia merenungi kata-kata sahabatnya. Apakah benar sekarang ia telah berubah, jadi sok alim? Hanya karena menolak perasaan Alvin Maharani jadi menjauhinya.

Sejak kehadiran Laila di hidupnya. Kini kehidupan Mentari menjadi lebih terarah. Laila bagai kompas yang mengatur navigasi kehidupannya.

Mentari menghela nafas pelan. Mata nya menelisik seluruh penjuru restoran. Tepat saat ia menatap pintu masuk netra nya menemukan sosok yang selama ini ia tunggu kehadirannya.

Sujud Cintaku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang