22. Dalang Dibalik Musibah

161 21 1
                                    

Bismillahirahmanirahiim
.
.
Happy reading ❤

🥀🥀🥀🥀

Mentari mulai membuka matanya. Efek obat bius membuatnya sedikit pusing. Ia mengedarkan pandangan di sekitarnya. Kotor dan kumuh. Ia mulai merasakan perih di tangannya akibat ikatan tali yang terlalu kencang.

Tidak, ia tidak bisa seperti ini. Ia harus keluar dari tempat kotor ini. Tapi bagaimana caranya? Sayup-sayup ia dengar seseorang yang sedang menelepon

"...."

"kalau mau adikmu selamat. Tolong cabut tuntutan atas Alvin Syaputra!"

Kini ia tau bahwa yang menculiknya adalah keluarga Alvin. Orang yang telah merusak masa depannya.

Terdengar langkah kaki mulai mendekat sebisa mungkin ia harus bersikap waspada akan kemungkinan buruk yang terjadi. Karena bagaimanapun keluarga Alvin bukan keluarga sembarangan. Ayahnya seorang pengusaha ternama dan ibunya salah satu pejabat daerah. Pasti ia akan menghalalkan segala cara untuk menjaga nama baik keluarganya.

"tolong lepaskan saya!" jerit Mentari saat sesosok lelaki yang tak lain adalah ayah dari pelaku kejahatan atas dirinya.

Lelaki paruh baya itu tersenyum sinis, "lepaskan katamu?! Jangan mimpi kamu jalang! Setelah apa yang kamu lakukan pada anak saya kamu minta saya bebaskan? Jangan harap kamu bebas dari tempat ini sampai kakak kamu mau mencabut tuntutannya."

"penjara pun terlalu suci untuk bajingan seperti anak anda!."

Lelaki itu pun mendekat dan mencengkeram erat rahang Mentari. "anak saya tidak akan melakukan kejahatan kalau kamu tidak memulainya lebih dulu, jalang!" bentaknya

Mentari menangis menahan sakit di rahangnya terlebih sakit di hatinya akibat hinaan dari ayah Alvin.

"kita tunggu saja dalam 1x24 jam kalau kakak kamu tidak mencabut tuntutan atas anak saya. Berarti kakak kamu lebih menginginkan adiknya mati."

Setelah mengucapkan itu lelaki paruh baya meninggalkan Mentari yang terisak ketakutan. Hingga derap langkah kaki kembali menyadarkan Mentari dari rasa sedihnya.

***

Laila menatap ruko tua di depannya. Ia yakin Mentari di sekap di dalam sana, sebab mobil penculik itu terparkir di samping ruko tua tersebut. Beruntungnya tadi ia sempat melihat plat nomor mobil penculiknya. Dengan langkah perlahan ia memasuki ruko tersebut melalui celah rolling door yang rusak.

Mendengar suara lelaki yang menculik Mentari tengah mengobrol Laila bersembunyi di balik tumpukan kardus disana. Dengan pakaian serba hitam memudahkan Laila berkamuflase di suasana ruangan yang gelap dan kotor.

Ketika para penjahat itu lengah, Laila segera menaiki tangga untuk ketempat dimana Mentari disekap.

"ssttt.... Jangan berisik. Di bawah masih ada penculiknya." ujar Laila kala melihat Mentari terkejut. Laila membuka ikatan di tangan dan kaki Mentari. Ia segera mengajak Mentari untuk keluar dari tempat kotor itu.

"kak, ini bahaya buat kakak. Aku gamau kakak terlibat sama masalah aku." ucap Mentari pelan.

"kamu itu adik kakak. Ingat! Apapun yang terjadi kakak akan selalu di samping kamu. Kita masih punya Allah yang Maha Melindungi. Bismillah ya, kita keluar dari tempat ini." Dengan perlahan mereka berjalan menuruni tangga. Berjalan dengan diam tanpa menimbulkan suara.

Sujud Cintaku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang