23. Menebus Dosa Masa Lalu

157 29 5
                                    

Bismillahirahmanirahiim
.
.
Happy reading ❤

Jodoh, maut, dan rezeki sesungguhnya sudah di tetapkan jauh sebelum manusia lahir ke muka bumi. Tak ada yang tahu kapan dan dimana manusia itu lahir maupun meninggal. Karena sesungguhnya itu adalah rahasia mutlak dari Allah atau bisa di sebut sebagai takdir mubram.

Takdir dimana hanya Allah yang mempunyai hak perogatif dalam menentukan kelahiran dan kematian seseorang.

Ada satu lagi takdir yang bisa di ubah oleh manusia yaitu takdir muallaq. Manusia memang tempatnya salah namun ia di beri akal untuk digunakan berfikir. Tidak selamanya manusia akan terus berada dalam kubangan salah. Ada saatnya ia berubah.

Seperti halnya Firman, ia sudah menyesali perbuatannya di masalalu terhadap anak dan istrinya. Kini saatnya ia menebus semua dosa masa lalunya. Meski tiap tetes darah yang ia donorkan untuk Laila tak akan sebanding demgan derita anaknya selama ini. Setidaknya dengan darah itu lah Laila dapat bertahan hidup.

Sudah dua minggu pasca kecelakaan yang dialami Laila. Kini, putrinya itu masih betah dalam tidur panjangnya. Laila mengalami koma setelah operasi yang dijalaninya sempat mengalami kendala karena Laila yang tiba-tiba kejang. Hal itu lah yang membuatnya masih menutup mata indahnya.

"Na, masih betah ya kamu hukum bapak kaya gini. Maafin bapak, Na. Maaf karena bapak gak mengenali kamu sejak pertama kita bertemu." Firman menggenggam tangan Laila yang terdapat oximeter dengan hati-hati.

Awalnya Mentari maupun Andreas terlihat kecewa dengan apa yang dilakukan Firman. Namun berkat Maya yang memberikan pengertian kini mereka memberi kesempatan Firman untuk menebus dosa nya dengan merawat putri nya.

"bapak ingin kita mengulang kisah kita seperti dulu. Bapak kangen cerewetnya putri bapak. Kangen setiap pertanyaan yang kamu tanyakan. Meski berulang-ulang tapi bapak gak pernah lelah buat jawabnya."

"bapak kangen bonceng kamu keliling kampung naik motor butut kita, Na." mata Firman menerawang jauh dimana kenangan indah bersama Laila terlintas dalam benaknya.

"bapak kangen liat cemberutnya kamu saat kamu bantu bapak dorong motor dan adikmu malah naik motor itu sendirian."

"bapak kangen, Na. Kangen sekali senyum manis anak bapak ketika bapak pulang membawa singkong hasil panen untuk kita makan sama-sama."

Tak terasa pertahanan Firman runtuh juga. Ia tak bisa menahan isak tangis nya kala setiap momen indah mereka berputar bak kaset kusut dalam benaknya.

Sungguh ia merindukan segalanya tentang putrinya. Meski ketakutan terbesar seakan terpampang nyata di hadapannya. Tapi ia tetap optimis kalau putrinya bisa segera sadar.

Segala doa dan harapannya selama ini seakan terjawab kala melihat jemari lentik Laila bergerak. Firman segera menekan tombol darurat di samping tempat tidur.

Perlahan mata indah yang selama dua minggu ini ia rindukan mulai menampakan lagi sinarnya.

"Ba-pak."

***

Embun pagi sangat terasa menyejukan siapapun yang merasakannya. Kesejukan embun pagi juga bisa menjadi penyemangat untuk menjalani kehidupan hari ini. Seperti halnya Firman yang semangat dalam menjalani hari ini.

Sujud Cintaku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang