19. Tangisan Mentari

311 57 2
                                    

Bismillahirahmanirahiim
.
.
Happy reading ❤

Bagai tersambar petir di siang bolong. Orangtua mana yang tidak kecewa mendengar kenyataan menyakitkan. Anak yang selama ini di sayang-sayang, anak yang selama ini di sanjung-sanjung ternyata melempar kotoran tepat di wajahnya. Padahal sebagai kepala keluarga, Bagas menjaga mati-matian kehormatan anaknya itu namun putrinya sendiri yang menghancurkan kehormatan dirinya dan keluarganya.

Bagas tak habis pikir dengan putrinya. Sebagai seorang ayah, Bagas telah memberikan perhatian dan kasih sayangnya pada sang putri agar putrinya tumbuh dengan cukup kasih sayang tanpa mencari kasih sayang dari lelaki lain. Mentari pun cukup mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari abangnya meski abangnya jarang ada di rumah namun Andreas tak pernah absen untuk sekedar menanyakan keseharian Mentari.

Bagas menatap nanar telapak tangannya. Tangan yang dulu sering ia pakai untuk mengelus surai hitam milik putrinya kini dengan tega melayangkan tamparan di pipi Mentari karena kekecewaan yang meluap.

"Apa kurang kasih sayang dan perhatian dari papa sama abang kamu selama ini sampai buat kamu seliar ini?!"

Seperti luka yang di siram air garam seperti itulah keadaan hati Mentari saat ini. Keluarga yabg seharusnya menguatkannya di titik terendah nya saat ini malah menjadi orang yang paling merendahkannya. Berada di posisi ini pun Mentari tak mau. Jika boleh memilih, Mentari hanya ingin memutar waktu di mana malam itu tidak terjadi. Namun nasi sudah menjadi bubur, apa yang ia alami saat ini harus di pertanggung jawabkan.

Bagas mengusap wajah frustasi, bahkan ia mengabaikan keberadaan Laila yang sama-sama syok atas kejadian tadi.

Harusnya ia menceritakan ini pada ayahnya. Meminta peelindungan pada sosok laki-laki yang di sebut sebagai Papa namun apa yang ia dapat hari ini sungguh membuat batinnya menjerit.

Laki-laki yang menjadi cinta pertamanya tega mengatakan hal yang tak pantas di ucapkan.

Laki-laki yang ia sebut sebagai Papa itu dengan tega menampar dirinya yang dalam keadaan terpuruk.

Dengan terpaksa Mentari bercerita kejadian yang sebenarnya pada Laila. Sebenarnya Mentari malu namun ia tak punya siapa-siapa lagi untuk mengadu. Papa nya kecewa tak menutup kemungkinan sang Mama pun sama.

"kakak keluar sebentar ya, beliin kamu makan. Dari pagi kamu belum makan nanti maag kamu kambuh." Mentari mengangguk pelan. Rasanya sedikit lega menceritakannya pada Laila. Setelah kepergian Laila, Mentari berfikir keras untuk kelanjutan hidupnya setelah ini.

🌻🌻🌻

Bagas mendapatkan satu tamparan keras di pipinya. Ia mengusap pipinya yang terasa panas dan menatap siapa orang yang sudah berani menamparnya.

"Kenapa Mentari bisa seperti ini, Mas?! Ini pasti karena kamu gak becus jaga dia.  Kalau kamu gak bisa jaga Mentari, gapapa biar aku yang urus Mentari mas!" ucap Maya menggebu-gebu. Tadi Bagas mengabarinya kalau Mentari masuk rumah sakit dan saat ditanya penyebabnya Maya langsung bergegas menuju rumah sakit.

Bagas bangkit dari duduknya, "kamu fikir kamu lebih baik dari aku?! Kamu gak ingat kalau dari kecil Mentari hidup tanpa seorang ibu?! Dan sekarang kamu baru bertemu dengan Mentari sudah bisa mengklaim bahwa aku gak becus jadi seorang ayah. Dimana otak kamu Maya!!"

"alah, gak usah mengalihkan pembicaraan, Mas."

Tanpa mereka sadari jika pertengkaran mereka menyakiti Mentari yang sedari tadi merekam jelas pertengkaran kedua orangtuanya.

Sujud Cintaku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang