24. Menebus Dosa Masa Lalu 2

283 31 6
                                    

Bismillahirahmanirahiim
.
.
Happy reading ❤

***

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu menghentikan aktivitas dua wanita berbeda generasi yang tengah asik membuat kue untuk penyambutan kepulangan 'keluarga' mereka yang sudah hampir satu bulan ini di rawat di rumah sakit.

"biar aku aja ya, Ma. Mama terusin aja aku gak bisa soalnya. Hehe." ucapnya meninggalkan Maya yang tengah menghias kue.

Mentari melangkah ke arah pintu dengan perut yang sudah membesar. Usia kandungannya kini sudah memasuki minggu ke-35. Tinggal menghitung hari menjelang hari persalinannya.

Ia membuka pintu disana sudah berdiri seorang wanita paruh baya seumuran Mamanya.

"maaf, Bu. Cari siapa ya?"

Wanita yang sedari tadi menatap Mentari pun terkesiap mendengar pertanyaan halus dari Mentari.

"bisa bicara sebentar, Nak? Kamu Mentari kan?"

Mentari yang diam mematung. Ia tak tahu ada keperluan apa wanita paruh baya di hadapannya ini. Perlahan ia menggeser tubuhnya mempersilakan wanita itu masuk.

"ada perlu apa ya, Bu..."

"Erma." ucapnya seraya mengenalkan diri

"ada perlu apa ya, Bu Erma mencari saya? Apa sebelumnya kita pernah kenalan?" tanya Mentari lagi

"gimana kabar kamu, Nak?" bukannya menjawab Erma malah memberi pertanyaan lagi

"baik."

Wanita paruh baya itu tersenyum. Tangannya terulur menyentuh perut buncit Mentari. Tangannya bergetar kala merasakan tendangan dari dalam sana.

Ia tak membenci Mentari karena semua kesalahan murni dari anaknya yang terobsesi dengan gadis polos di hadapannya ini. Ia pun tak bisa membenci makhluk yang hadir karena kesalahan orangtuanya. Bagaimanapun janin itu adalah darah dagingnya juga.

Kecewa sudah pasti.

Ibu mana yang tidak kecewa jika anak yang selama duapuluh tahun ia besarkan mencoreng nama baik keluarga dengan kelakuan bejatnya?

Namun benar nyatanya, darah lebih kental dari pada air. Meski sebesar apapun kecewanya seorang ibu tapi kasih sayangnya melibihi luka yang ditorehkan seorang anak.

Mentari yang merasa risih pun menggeserkan tubuhnya, "maaf, Tan. Tapi Tante ini siapa ya? Kenapa tante kenal sama saya. Maaf saya gak kenal sama Tante sebelumnya."

Terdengar helaan nafas dari wanita di hadapannya. "sebelumnya tante kesini ingin melihat perkembangan calon cucu tante."

Cucu?

Pikiran Mentari langsung tertuju pada satu hal.

Wanita tua di hadapannya ini adalah ibu dari lelaki bajingan yang tega menghancurkan masa depannya.

Matany mulai berkaca-kaca. Mentari bangkit dari duduknya. "maaf, kalau tante kesini  meminta saya untuk mencabut gugatan atas kelakuan anak tante. Lebih baik tante pergi! Sampai kapanpun saya gak akan mencabut tuntutan saya ke polisi!" ujarnya histeris

Wanita tua itu pun ikut berdiri hendak meraih tangan Mentari namun segera di tepis kasar oleh empunya.

"tante kesini gak ada maksud untuk kamu cabut gugatan atau apapun itu. Tante hanya ingin menjenguk kamu dan calon cucu tante. Tante juga mau meminta maaf atas kelakuan anak Tante yang sudah merusak kamu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sujud Cintaku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang