Bismillahirahmanirahiim
.
.
Happy reading ❤Seorang lelaki yang masih menggunakan seragam kebanggaannya melangkah begitu lebar di pelataran rumah sakit. Raut cemas pun kentara sekali di wajah lelah nya. Tadinya sepulang bekerja ia berniat untuk hibernasi seharian ini. Namun niatnya ia urungkan kala mendapat kabar kurang baik.
Ya, lelaki tersebut adalah Andreas. Tadi saat dalam perjalanan pulang ke apartemen, sang Mama mengabari bahwa adiknya di larikan ke rumah sakit. Rasa lelah pun berganti dengan rasa khawatir. Pantas saja seminggu belakangan ia tak pernah mendapat kabar dari adiknya. Telepon maupun pesan yang ia kirim tak menerima balasan. Andreas fikir adiknya tengah fokus belajar untuk ulangan akhir semester namun ternyata adiknya sedang tidak baik-baik saja.
Langkah kaki nya terhenti di depan ruangan Edelweis nomor 198 sesuai pesan dari sang Mama. Perlahan Andreas masuk kedalam ruangan tersebut. Hal pertama yang ia lihat adalah adiknya yang tengah terlelap di atas brankar dan seorang wanita yang tengah sholat di samping brankar sang adik. Dengan langkah pelan, Andreas mendekati Mentari. Ia memperhatikan wajah pucat sang adik. Hal yang menjadi pertanyaan besar dalam benak nya ialah tangan adiknya yang terikat di kedua sisi ranjang.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Itulah pertanyaan yang ada di benaknya. Andreas mengelus pipi tirus Mentari. Mata sembab terlihat begitu jelas di wajah cantik sang adik.
"Mentari baru saja tidur setelah di beri obat penenang, Tuan."
Andreas menoleh kearah Laila yang tengah melipat mukena nya. "memangnya Mentari sakit apa sampai harus di beri obat penenang?"
Laila menatap Andreas prihatin. Jadi, Tuannya ini belum mengetahui fakta menyakitkan itu. Laila pun tak berniat untuk memberitahu nya karena ini bukan kuasa nya. Meski ia yang lebih dulu tau kenyataan besar ini tapi bukan porsi Laila memberitahu Andreas.
"La? Mentari sakit apa?" tanya Andreas lagi
"eumm.. Sebaiknya Tuan tanyakan saja pada orangtua anda karena mereka lah yang lebih berhak memberitahukan nya." Jawab Laila
"sekarang Papa sama Mama ada dimana?"
"di ruang ICU."
Dengan banyak pertanyaan yang ada di otak nya Andreas langsung menyusul kedua orangtuanya.
Langkah Andreas terhenti kala melihat sang Mama tengah menangis tersedu dalam dekapan suami baru nya. Pertanyaan demi pertanyaan semakin menumpuk dalam benaknya saat ini.
Tangisan Maya terhenti kala melihat putranya yang berdiri tak jauh dari tempatnya berada. Putra yang dulu sering bermain pesawat terbang kini berdiri tegap dengan seragam pilot nya. Mungkin jika dalam suasana senang Maya akan memeluk putra nya dan berkata, Mama bangga padamu, Nak. Namun saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengutarakan rasa bangga nya pada sang anak.
"Andreas," Maya langsung memeluk tubuh putra nya dan kembali terisak di dalam pelukan sang putra. Andreas bergeming tanpa membalas pelukan Maya.
"ikhlas ya, Nak. Papa kamu sudah tenang disana."
Deg
Andreas mencerna kata-kata yang baru saja di lontarkan Maya.
Papa kamu sudah tenang disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sujud Cintaku (On Going)
General Fiction⚠ FOLLOW SEBELUM BACA ⚠ Dilarang copast yaa!! Ingat, Allah maha tau. 🌻🌻🌻 Menjadi korban broken home bukan lah hal yang mudah. Hal itu dialami oleh Andreas Lukman Pradana. Seorang laki-laki berusia 28 tah...