Bismillahirahmanirahiim
.
.Laila berjalan gontai di lorong rumah sakit. Dirinya bingung harus pulang naik apa sedangkan uang saja tidak ia bawa. Yang ia bawa dan pegang saat ini hanya minyak kayu putih. Mungkin malam ini ia akan bermalam di musholah rumah sakit. Beruntungnya saat ini ia masih memakai mukena jadi tidak terlalu dingin sekali. Lagipula tidur dengan menggunakan mukena punya sensasi tersendiri, bukan?
Sedangkan di sisi lain, Mentari sudah di pindahkan di ruang rawat inap. Mentari yang sedari tadi tertidur efek obat yang di suntikan dokter kini mulai membuka matanya. Mentari melenguh merasakan perih di perutnya. Andreas yang sedang baru terlelap di sofa pun mendekat kearah Mentari.
"kenapa dek, ada yang sakit?"
Mentari malah menelisik kamar rawatnya. Laila tak ada disana.
"kak Laila mana bang?"
Andreas memutar bola mata malas, "ngapain sih kamu nyariin dia. Dia itu udah buat kamu sakit, dek."
"nggak bang. Bukan kak Laila. Tapi ini ulah aku sendiri. Kak Laila udah ngasih tau aku buat gak nambahin bubuk cabe tapi aku yang nakal gak dengerin ucapan dia. Sekarang kak Laila mana bang?"
"udah abang usir dari sini." jawabnya tanpa rasa bersalah
Mentari membelalakan mata nya. Ia melirik jam di dinding sudah mengarah pukul dua malam.
"abang usir?! Tengah malam begini?! Abang tega!!" ucapnya seraya bangun dari tempat tidurnya.
"ehh, kamu mau kemana, dek?"
"mau cari Kak Laila. Dia pasti bingung jalan pulang kerumah. Aku gak mau kak Laila kenapa-napa. Lagipula ini Jakarta kak gak aman buat perempuan keluar tengah malam begini." ucapnya seraya turun dari brankar. Abdreas bingung kenapa adiknya ini lebih khawatir dengan pembantu nya daripada dirinya sendiri. Bahkan sampai menangis seperti ini?
Andreas menggeram frustasi. "iya udah kamu tidur aja biar abang yang cari."
Andreas mencari di sekitaran rumah sakit. Ia yakin Laila belum jauh dari sana. Terlihat dari cara berpakaiannya yang menggunakan mukena Andreas yakin bahwa Laila tak membawa uang sepeser pun.
Kantin sudah, lorong rumah sakit sudah, taman rumah sakit sudah, parkiran sudah. Tinggal satu tempat lagi yang belum ia jumpai. Musholah. Dengan perasaan takut Andreas melangkah menuju musholah.
Dan benar saja disana ada Laila yang sedang bersimpuh diatas sajadah. Andreas menunggu di teras musholah bersandar pada salah satu pilar musholah. Matanya menelisik sekitar rumah sakit. Tiba-tiba bulu kuduknya meremang. Suasana rumah sakit tengah malam seperti ini sangat sunyi. Andreas menatap ruangan di depan musholah yang tengah ia duduki. Ia mengerjapkan mata sambil menatap tulisan di atas pintu ruangan di seberang musholah.
Kamar Jenazah.
Seketika Andreas merasakan hawa dingin di sekitaran tengkuk nya. Ia mengusap-usap tengkuknya berharap bisa meminimalisir rasa dingin. Namun semakin lama suasana musholah saat itu semakin mencekam. Dengan keberanian Andreas kembali menoleh kearah Laila yang masih di dalam musholah namun tak ada orang disana. Bulu kuduk nya seketika meremang.
"SETAN..SETAN!!"
Andreas menutup mata dengan kedua telapak tangannya yang gemetar. Ia terkejut saat melihat kaki Laila yang dibalut mukena putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sujud Cintaku (On Going)
General Fiction⚠ FOLLOW SEBELUM BACA ⚠ Dilarang copast yaa!! Ingat, Allah maha tau. 🌻🌻🌻 Menjadi korban broken home bukan lah hal yang mudah. Hal itu dialami oleh Andreas Lukman Pradana. Seorang laki-laki berusia 28 tah...