Bagian 2

111 14 17
                                    

Inara mendelik kesal kearah sahabatnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Inara mendelik kesal kearah sahabatnya itu. Ia melangkah kan kakinya menuju UKS-berniat memberikan salep pada bagian tubuh yang terkena air kuah barusan.

Inara menghempaskan tubuhnya ke ranjang UKS. Sementara Viola, gadis itu mencari salep yang tersimpan di kotak P3K diatas nakas yang telah tersusun rapi dengan peralatan kesehatan lainnya.

"Nih pake gih sebelum makin ngelupas. Atau mau gue pakein, Ra?"

Inara menggeleng pelan. "Gak usah, gue bisa sendiri, kok. Makasi, ya."

"Ra gue mau beli seragam dulu buat lo. Please, kali ini lo jangan nolak, oke?"

Inara mencekal pergelangan sahabatnya itu. Lagi dan lagi Inara menggeleng. "Gak usah, Vio!"

"Ck, baju lo itu basah, Ra. Yakali lo terus-terusan pake seragam yang basah, sih?!"

"Nanti juga kering, kok. Lagian ada jaket Rangga kan. Lo tenang aja”

Viola menghela napasnya sejenak. Ia memegang bahu gadis itu pelan. "Lo... Anggap gue itu apa, sih, Ra?"

"Ya sah-"

"Ini yang lo bilang sahabat, Ra? Sahabat itu bisa saling bantu kalau sahabatnya lagi kesusahan. Gue cuma niat bantu lo, bukan punya niat buat ngasihani. Asli beneran deh gue gak suka tiap kali lo nolak bantuan gue, Ra."

Inara menundukkan kepalanya. Ia bukannya tidak menganggap Viola sebagai sahabatnya. Tetapi, ia hanya tidak mau merepotkan sahabatnya itu. “Gak gitu maksud gue, Vi...”

“Gue gak pernah ngerasa di repotkan sama sekali sama lo, Ra. Masa harus lo terus yang bantu gue waktu gue lupa ngerjain tugas, hah? Sementara gue belum pernah berbuat apa-apa buat lo."

"Lo selalu ada di sisi gue aja itu udah cukup, Vio."

"Tapi gue maunya sama-sama menguntungkan, Inara! Artinya gue merasa untung dan lo juga merasa untung. Simbiosis mutualisme aja. Kali ini aja, Ra, lo turutin kemauan gue. Anggap aja ini sebagai rasa terima kasih  dari gue waktu lo selalu kasih contekan tugas ke gue, Ra."

Inara menganggukkan kepalanya. Mengiyakan perkataan Viola. Ya, setidaknya kini sahabatnya itu sedang tersenyum senang kearahnya.

"NAHH INI BARU SAHABAT GUE! YAUDAH GIH SANA DI SALEP DULU ITU ASTAGA. GUE MAU KE KOPERASI. BYE BYE!"

Inara tertawa pelan. "Gue beruntung banget punya sahabat kayak lo, Vi."

∞∞∞

Rangga bersiul pelan. Pria itu kini sedang duduk di rooftop bersama kedua temannya. Menikmati angin pagi yang membuat mereka seketika merasa ngantuk.

"Bolos lagi, nih?" Rangga menatap Bagas—salah satu temannya yang paling nakal. Selain memiliki hobi balapan, Bagas pecandu rokok. "Sampai jam istirahat aja dah, jam terakhir ada ulangan, Bro."

Ranara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang