Bagian 26

69 10 0
                                    

"Sebenarnya gue sama Jarrel itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebenarnya gue sama Jarrel itu....,"

Felix dan Bagas berdecak sebal kala Rangga menggantung omongannya. Cowok itu tertawa pelan. "Cuma temen nongkrong doang ah elah."

Sontak Felix dan Bagas saling melempar tatapan. Mereka sedikit ragu dengan jawaban temannya itu.

"Yakin cuma temen nongkrong doang? Secarakan kalian emang gak deket? Terus kenapa gak ajak kita?"

"Mana nih, ya, gue perhatiin setiap Jarrel ketemu lo itu bawaannya pasti emosi terus. Apalagi pas Inara nanya kek tadi, lo tegang banget sumpah. Kenapa, sih?"

Rangga menjilat bibir bawahnya. Kedua temennya itu membuat ia bingung untuk menjawab apa. "Ya... Anu."

"Anu apa sih, Rang? Gue yakin lo itu gak jawab jujur."

"Kalian inget gak sih sehari habis balapan gue sama dia nongkrong bareng?"

Bagas mengedikkan bahunya. "Mana gue tau. Gue tau kalian suka nongkrong aja kagak, gimana tau kalo kalian pas itu nongkrong?"

Ah sialan! Sepertinya Rangga salah menjawab. Kini, dirinya tidak tahu harus menjawab apalagi.

"Udahlah, Gas. Percayain ae kalo mereka emang cuma temen nongkrong, toh kalo udah waktunya juga pasti ketauan sendiri bener atau nggaknya. Siapa tau itu privasi Rangga juga."

Mendengar perkataan yang Felix lontarkan membuat Rangga mendesah lega. Ya, sekiranya tidak akan ada lagi pertanyaan-pertanyaan dari mulut mereka.

"Bentar, gue mau ke toilet dulu."

∞∞∞

"Arghhh." Inara bergeram kesal. Cewek itu menarik napasnya lalu menenggelamkan wajahnya di antara silangan kedua tangannya. Ia lagi dan lagi gagal. Gagal memasukkan nama tulang sebagai latihan test keduanya.

"Salah lagi?" Inara mendongak, menatap Galang dengan mata berkaca-kacanya. Kalau sudah masalah pelajaran, Inara bawaannya cengeng. Mau 1 atau 2 soal yang salah, rasanya tetap saja sesak, walaupun nilainya masih tergolong bagus.

"Lo salah bagian yang mana?"

"Yang bagian tulang paha sama tulang betis. Gue kebalik ngisinya."

"Oh maksudnya tulang betis jadi femur terus tulang paha jadi fibula?" Inara mengangguk-anggukkan kepalanya. Cewek itu mengelap air matanya menggunakan tangannya membuat Galang yang sedaritadi memperhatikan gerak-gerik Inara berdecak gemas.

Kalau saja Inara belum punya pawang. Sudah di pastikan Galang akan mendekati Inara sebagai cowok dan cewek. Bukan sebagai teman sekelas atau sekedar partner olimpiade.

"Udah gapapa. Lagian nanti olimpiade gak sendiri-sendiri, kan. Kita kerjasama, Ra. Lo jangan terlalu khawatir."

"Hiks, tetep aja lah gak bisa gak khawatir! Gue tuh gak bisa fokus kalo udah kayak gini tuh, Galang."

Ranara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang