Fajar menyapa dengan indah.
Burung-burung berkicauan di langit yang mulai menerang. Seakan mengingatkan, bahwa pagi telah tiba, menyuruh manusia-manusia untuk bangun dan menjalankan aktivitas.
Gadis yang kini sudah siap dengan setelan sesuai profesinya, duduk memangku tas untuk menunggu temannya datang menjemput.
Tin Tin
“Ayok Bu Dokter, kita meluncur!”
Seruan itu datang dari sang teman yang sedari tadi di tunggu. Wanita berambut pendek yang kini tengah menyetir mobil berwarna merah.
Diperjalanan, keduanya saling membicarakan hal-hal yang random. Lebih di dominasi oleh si penyetir karna memang perempuan itu tipekal orang yang banyak bicara.
“Gimana yang abis nikah?” tanya Si perempuan yang memakai pakaian kerjanya, Inara.
Yang ditanya senyum-senyum, “Yaa gitu dehhh, sama aja kayak pas single. Mungkin bedanya tuh, jadi ada temen dirumah, pas tidur gak sendirian, selebihnya sama-sama aja. Lo kan tau, sebelum nikah pun gue udah urus rumah sendirian. Jadi kalo kayak masalah masak ataupun bersih-bersih rumah, ya gak ada bedanya.”
Calista Franina, teman Inara sejak ia kuliah di salah satu universitas negeri di Malang. Mereka sama-sama mengambil jurusan kedokteran, dan kini mereka berdua bekerja di rumah sakit yang sama.
Mungkin sekitar dua minggu yang lalu, Nina menikah dengan laki-laki yang berprofesi sebagai Dosen. Hal itu membuat Inara bahagia, temannya kini sudah memiliki pawang.
“Lo tuh, Ra, kapan nyusul?” tanya Nina seraya menoleh kearah Inara sekilas.
Inara terkekeh, nikah apaan? Calonnya aja belum ada.
“Belum, Na.”Nina berdecak, “Bukannya belum, lo nya sih sibuk kerja mulu. Tapi percintaan gak diurusin.”
Inara menghela nafas, begini lah seorang Calista Franina. Penuh dengan ambisi, wanita itu ingin sekali Inara cepat-cepat menikah. Katanya sih, biar bisa double date.
Nina juga sudah beberapa kali mencoba men-comblangkan dirinya dengan laki-laki. Kalau tidak salah, sudah lima kali ia dipaksa Nina untuk bertemu dengan laki-laki yang katanya bisa cocok dengan Inara.
Tapi ternyata salah, dari kelimanya tidak ada yang Inara terima.
“Emmmm... atau mau gue comblangin lagi? Kalau gak salah sih, temennya suami gue ada tuh yang single, bisa deh, Ra.”
Nah kan! Tampaknya Nina belum capek-capek untuk membujuk nya supaya lekas menyusul untuk menikah.
“Gak lagi deh, gue. Kalau nya jodoh juga pasti bakalan ketemu, Na.” jawaban yang Inara lontarkan sekaligus menolak secara halus atas saran yang Nina coba berikan.
“Iya! Jodoh emang gak kemana, dan pasti ujung-ujungnya bakalan ketemu juga. Tapi dia bisa nyasar kemana-mana dulu baru balik ke pemilik sebenernya!” seru Nina seraya memarkirkan mobilnya ke area parkir staf rumah sakit.
Inara lagi-lagi terkekeh, umurnya sekarang 25 tahun. Memang sudah cukup worth it untuk usia menikah.
Siapa sih yang gak mau menikah?
Inara tentu mau, apalagi seperti Nina yang bisa menikah dengan laki-laki yang juga mencintainya. Dan Inara juga mau seperti itu. Ia mau menikah dengan orang yang ia cintai, juga mencintainya. Bukan hanya cinta sebelah pihak, atau hanya perasaan sesaat yang kapan saja bisa hilang.
Usianya sekarang bukan lagi untuk main-main, status ‘pacaran’ pun hanya untuk saling mengenal sebentar sebelum memutuskan akan serius atau tidak. Ia tidak ingin membuang-buang waktunya hanya untuk menjalani hubungan yang tidak bisa ia jadikan masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranara [END]
RomanceIni tentang gadis manis bernama Inara Asera Cantika, si gadis beasiswa, yang kerap kali di bully. Hingga tiba-tiba datang seorang laki-laki yang akhir-akhir ini sering mengganggu sekaligus membantunya. Seiring berjalannya waktu, sebuah rahasia besar...