Bagian 27

75 11 0
                                    

“Eh masih kan ya katanya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Eh masih kan ya katanya?"

“Kata Jarrel sih cowoknya yang ga mau, tapi tetep Jarrel paksa sih, kan emang gitu perjanjiannya.”

Lagian ngapain sih cewek kek gitu masih di pertahanin? Cantik juga enggak.”

Sayup-sayup Inara mendengar ocehan-ocehan segerombolan laki-laki di parkiran sekolah. Meski sebenarnya ia sedikit penasaran dengan apa yang mereka bicarakan apalagi saat mereka menyebut nama ‘Jarrel’ dan kata ‘Perjanjian’, rasa penasaran Inara semakin menjadi-jadi.

Tapi kemudian ia sadar, dia tidak berhak ikut campur ke dalam masalah orang lain. Apalagi Inara tidak kenal dekat dengan para kakak kelasnya itu, terlebih seorang Jarrel.

“Ra, bareng gue yuk?” Ajak Viola yang entah sejak kapan menghampirinya.

“Eh enggak usah Vi, gue mau nunggu Rangga aja kayaknya.”

Viola menggeleng, ia menyodorkan handphone nya dan tertera pesan Bagas di layar tersebut.
“Itu Bagas ngechat katanya Rangga udah pulang duluan tadi, jadi percuma kalau lo nungguin dia disini.”

“Loh, dia ga ada beritahu gue apa-apa loh,”

Viola mengangkat bahu, “Gak tau juga, jangan over thinking dulu Ra. Bisa aja handphone nya lowbat terus dia emang ada urusan, makanya ga sempet ngasih tau lo.”

Inara menghela nafas, kemudian mengangguk menerima ajakan Viola. Sebenarnya sejak pulang sekolah tadi ia menunggu Rangga karna sudah satu minggu ini mereka pulang bersama. Itu sudah seperti rutinitas baru di hidup Inara sekarang. Jadi mendengar bahwa Rangga yang pulang duluan tanpa ada memberitahunya apa-apa, membuat Inara gelisah, dia langsung over thinking. Takut terjadi sesuatu terhadap laki-laki bernama Rangga itu.

Kemudian, untuk memastikan Inara langsung menelfon nomor handphone laki-laki yang ber–notabe sebagai pacarnya tersebut. Dan ya, nomor laki-laki itu tidak dapat dihubungi sekarang.

Tidak lupa Inara mengirim pesan yang berisi bahwa ia menanyakan keberadaan dan apa yang laki-laki itu lakukan. Centang satu, sudah bisa Inara pastikan kalau handphone laki-laki itu mati.

Semoga Rangga baik-baik saja, ya semoga.

∞∞∞

“Gue bisa turutin semua mau lo, apapun itu asal gak dengan putusin Inara!”

Jarrel tergelak kencang, sungguh tawanya adalah tawa jahat. Tawa seorang setan yang berdengung di pendengaran Rangga.

“Gue tau lo kaya, tapi gue ga butuh uang lo. Karna lo udah berhasil dapetin cewek culun itu, ja—”

“JANGAN PERNAH EJEK CEWEK GUE!”

Lagi, Jarrel terkekeh. Entah sudah berapa kali terdengar suara kekehan dan tawa jahat Jarrel hari ini. Membuat Rangga benar-benar muak!

Ranara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang