Bunyi jarum jam seirama dengan bunyi detak jantungnya, kala manik mata mereka bertatap beberapa detik. Ternyata, insting seorang Rangga patut di acungi jempol.Inara memalingkan wajahnya. Entah mengapa ia merasa malu sendiri. Padahal, tertawa karena sikap Rangga yang menurutnya random itu hal yang wajar, kan?
"Halah, udah nanti mah, Ra, kalau mau ketawa ya ketawa aja, ye. Gapapa, gue mau di ketawain sama lo juga. Ikhlas lahir batin dah gue."
"Dih? Monmaap aja, suara ketawa gue itu mahal."
"Iya, gegara terlalu manis sih jadinya mahal bang— Aduh... Duh, Pak."
"Gak usah sok gombal ya kamu! Inara itu gak akan mempan sama gombalan basi kamu itu, Rangga!" ujar Pak Surya seraya semakin keras menjewer telinga cowok itu.
"Bapak bilang aja iri sama saya, kan? Gak bisa gombalin Inara sih, sekalinya Inara ada yang gombalin bapak iri."
"Aduhh pusing kepala bapak tuh denger omongan kamu yang makin ngawur! Mending sekarang kamu ambilin buku paket bapak yang ketinggalan di perpus."
Dengan semangat 45, Rangga menganggukkan kepalanya cepat. "Siap, Pak! Jadi bisa bareng Inara, deh, hahahahaha."
"HEH KAMU!" Pak Surya menggeleng-gelengkan kepalanya kala cowok itu lari terbirit-birit seraya tertawa keras.
∞∞∞
Dengan gaya cool nya, Rangga menatap Inara seraya tersenyum menggoda. Cowok itu bersiul membuat Inara mendengus sebal.
"Jangan jutek-jutek dong cantik."
Inara menghiraukan perkataan cowok itu. Matanya fokus mencari buku paket sejarah. Sementara Galang, cowok itu dipanggil oleh guru olahraga untuk keperluan sesuatu. Mungkin, menyiapkan beberapa alat untuk olahraga hari ini?
"Ck, kenapa harus di atas, sih? Gatau apa kalau gue tuh ga nyampe?"
Inara meloncat pelan. Berusaha untuk menggapai buku sejarah tersebut. Entah kesialan apa, kakinya terkilir dan tangannya menarik buku tersebut.
Dug!
Bruk!
Inara mengerjap-ngerjapkan matanya. Posisi wajah sedekat ini membuat jantung Inara berdetak semakin liar. Ia rasa, wajah Rangga itu semakin...
"Aduh!" ringisnya kala ada yang menyentil dahi mulusnya. "Apaan, sih?!"
"Kepala gue sakit bego! Bukannya berdiri kek malah asyik liatin muka gue."
Inara tersadar, bahwa buku itu terjatuh tepat mengenai kepala cowok itu. Pipinya memanas seketika. "G-gue... Apaan sih? Gue gak liatin muka lo, ya!"
Inara menjatuhkan bokongnya ke kursi. Kakinya terasa nyeri. Rangga mensejajarkan dirinya dengan Inara. Tangannya terulur memegang pergelangan kaki cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranara [END]
RomanceIni tentang gadis manis bernama Inara Asera Cantika, si gadis beasiswa, yang kerap kali di bully. Hingga tiba-tiba datang seorang laki-laki yang akhir-akhir ini sering mengganggu sekaligus membantunya. Seiring berjalannya waktu, sebuah rahasia besar...