Bagian 11

47 13 0
                                    

Hari kedua Rangga dan Inara pacaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari kedua Rangga dan Inara pacaran.

Rangga pikir sikap Inara akan berubah kepadanya, tidak akan jutek lagi. Tetapi, tetap saja sama. Jiwa juteknya masih tertempel sangat kuat di tubuh ceweknya itu.

Rangga menjadi senyum-senyum sendiri kala membayangkan sikap Inara yang berubah menjadi ramah plus manja kepadanya. Ahh, tapi... tidak mungkin, sih.

"AMBIL AIR LIX! AMBIL AIR!" Felix yang kebingungan pun dengan cepat membawakan air untuk Bagas. Entah untuk apa, Felix juga tidak tahu. Dan dengan bodohnya Felix langsung nurut begitu saja.

Mungkin otaknya sedang bergeser sedikit.

Byurrr

Felix menatap Bagas tak percaya. Jadi... Air itu untuk menyiram Rangga?

"Anjing? Maksud lo apaan, hah?!"

Kerah Bagas di tarik kasar oleh Rangga. Cowok itu terlihat sangat kesal. "Keluar! Keluar gak dari tubuh sahabat gue, hah?! Keluar!"

Rangga yang semula menatap Bagas tajam, kini menatap Bagas bingung. Begitu pula dengan Felix yang bertambah bingung. Kerutan alis dan jidatnya terlihat lebih bergelombang.

Plak!

"Nama lo siapa? Ayok keluar! Mau gue cekek, hah?!"

Rangga menghempas tangannya kasar. Ia mencengkam pundak Bagas keras. "Lo mikir kalo gue kerasukan setan, hah?!"

Felix yang kini sudah mengerti pun langsung melancarkan idenya yang tiba-tiba muncul. Ia memegang kedua tangan Bagas dari belakang. Lalu, matanya memberikan kode kepada Rangga untuk membawa air yang tadi ia bawa.

"KUDUNYA LU GAS YANG HARUS DI SIRAM. RANG BURUAN RANG!"

Bagas melebarkan matanya. Cowok itu mencoba untuk berontak—melepaskan cekalan tangan Felix pada kedua pergelangan tangannya.

"FELIX BAMSAT!"

Byurrr

Sudahlah. Harapan dia untuk segera kabur telah pupus. Kini, bajunya basah kuyup.

"Lagian lo senyum-senyum sendiri anjir. Bikin gue overthinking aja tau gak? Ada dua kemungkinan sih, pertama lo udah gak waras dan kedua lo kerasukan setan."

Rangga merotasi matanya malas. Lagian siang bolong gini mana ada setan?

"Iye, setannya lo!"

"Biasalah Gas, palingan Rangga lagi mikirin Inara jadinya senyum-senyum sendiri," tutur Felix seraya bersiul menggoda.

"Nah itu lo tau! Sumpah dah kok Inara masih gitu, ya, sama gue?"

"Ya salah lo sendirilah maksa banget jadiin dia pacar lo. Secarakan dia pasti belum suka sama lo,  Rang."

"Gue kurang apa ya dia gak nyantol-nyantol mulu sama gue? Apa iya gue kurang cakep?"

"Ada tiga hal sih yang kurang dari lo. Nih bukannya gue mau ngejek atau apa ya, cuma mau ngasih tau doang." Rangga menganggukan kepalanya seraya menunggu lanjutan dari perkataan sahabatnya itu.

Ranara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang