Bagian 29

81 10 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Samsak yang sedari tadi bergoyang tak beraturan kini mulai bergoyang pelan. Cowok itu yang pasti kalian tahu kini sedang mengatur napasnya tersengal-sengal.

"Lo lupa, bro. Kita kan udah sepakat kalo Inara itu tantangan yang harus lo taklukan dan kalo udah berhasil langsung lo tinggalin. Eh, lo justru langgar janji. Lo malah jatuh cinta sama mangsa lo sendiri."

"Lo jangan macem-macem, Rang. Gue bukannya mau jadi musuh lo. Tapi lo  yang gak bisa pegang omongan lo sendiri dan gue benci orang-orang yang kayak gitu."

"Lo yang buat benteng permusuhan ada diantara kita setelah lo jatuh cinta sama mangsa lo."

Rangga menatap samsak itu tajam, lagi dan lagi meninju samsaknya dengan brutal. Membayangkan bahwa di depannya ini adalah Jarrel.

"Jarrel anjing!"

Bugh!

Rangga tidak bisa mengontrol emosinya sendiri. Ia terus saja meninju samsak itu dengan brutal. Keringat bercucuran tidak ia pedulikan. Ia hanya mencari pelampiasan saja.

"Lo harus terima konsekuensi. Lo yang terima taruhan Jarrel tanpa mikirin perasaan Inara dan sekarang, lo ngamuk-ngamuk gak jelas kayak gini. Lo pikir, Inara bakal balik kayak dulu lagi setelah tau semua ini, hah?"

"Lo udah dihukum atas perbuatan lo, jadi terima saja kalo Inara bakal pergi dari lo. Dari dulu, lo udah hancurin hubungan kalian karna taruhan ini."

"Gak gitu, gue bener-bener udah jatuh. Andai lo tahu, Ra. Arghhh."

Rangga menjambak rambutnya. Ia tidak tahu jika ia akan terjebak dalam permainannya sendiri. Rangga menyesal, menyesal melakukan itu kepada Inara.

Cewek sebaik Inara tidak pantas mendapatkan perlakukan seperti itu. Dan ingatannya berputar kearah wajah Inara dimana cewek itu menatapnya dengan tatapan penuh kekecewaan. Mata Inara yang berkaca-kaca, cewek itu menangis karena perbuatannya membuat hati Rangga ikut sesak dan sakit.

Rasanya sangat sesak. Untuk bernapas saja Rangga merasa susah.

Bugh!

"Kita putus!"

Perkataan yang dilontarkan oleh Inara beberapa jam yang lalu masih terngiang-ngiang jelas di otaknya. Rangga menggeleng keras. Ia tidak akan pernah membiarkan Inara untuk memutuskan hubungannya.

"Gue gak bisa, Ra. Gak bisa," lirihhya. Cowok itu memundurkan langkahnya dan menyandarkan tubuhnya ke tembok.

"Berarti semua lo lakuin dan kata-kata manis lo itu cuma palsu?"

Rangga menatap samsak itu dengan tatapan hampa dan kosongnya. Pertanyaan yang Inara lontarkan menyebabkan efek yang sangat besar bagi hatinya. Pertanyaan yang sangat Rangga takutkan, pertanyaan yang tidak pernah Rangga duga sebelumnya.

Ranara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang