SMA Baradigma, pastinya sudah kalian ketahui jika sekolah ini merupakan pemilik dari direktur perusahaan terkenal.
Pak Ardolph Wijaya,
Di kalangan atas, orang-orang tentu sudah mengenal jika Pak Ardolph ini direktur perusahaan yang sudah berdiri semenjak 8 tahun lalu. Di tambah sekolah yang sudah berdiri lama membuat banyak orang yang mengenalnya.
Manik manik Inara dan Viola saling pandang. Memiliki arti dan arahan yang sama. Mereka menjentikkan jarinya.
"Hipotesis 2, Bella Wijaya."
"Rang, kali ini lo harus bisa di andalkan, ya." Rangga mengacungkan ibu jarinya. Ia pasti akan melakukan semua rencana yang telah di susun dengan baik.
"Sekarang itu cewek sekolahkan? Gue ajak pulang bareng aja, deh. Gimana?"
"Iya, lo ajak dia makan juga sekalian. Sambil cek ponselnya, jangan lupa loh sama rencana yang udah di susun! Jangan sampe gagal."
"Iye gak akan. Bakalan gue selesaikan sampai akar-akarnya."
Felix menyeruput kopi yang sudah ia pesan. Kini, mereka memang sedang berada di kantin. Mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin yang sedang sepi. Tidak seperti biasanya, karena biasanya kantin sangat ramai sampai tidak kebagian tempat duduk.
"Udah kenyang gue. Mending ke bazar aja, deh."
Bazar akhir bulan. Ini rutinitas yang biasa di lakukan oleh seluruh siswa dan siswi SMA Baradigma. Memperlancar agenda sekolah yang memang wajib menjalankan bazar akhir bulan. Tujuannya, untuk mempererat tali silaturahmi dengan warga sekitar dan juga menghemat uang. Karena, untuk sekeliling siswa dan siswi di SMA ini tidak perlu bayar alias gratis. Kecuali warga lain seperti ibu-ibu atau anak-anak SMP yang lebih sering datang ke bazar ini.
Jangan salah, setiap bulannya bazar ini tidak pernah sepi. Malah, mereka semua suka menanti-nanti hari dimana bazar akhir bulan ini dibuka.
Alasan ini juga, kantin menjadi sepi. Ya walaupun ada siswa dan siswi lain yang masih jajan di kantin. Bazar berlangsung tidak lama, hanya 1 sampai 2 hari, sesuai semua barang bazar habis total.
"Liat kearah sebrang. Ada orang yang mencurigakan," bisik Bagas membuat Rangga perlahan menoleh kearah yang dimaksud.
"Lo pantau dari sini. Gue mau ikutin Inara diam-diam. Jangan lengah, Gas, siapa tau ada orang yang datang dari arah lain juga."
Rangga tidak tahu orang itu siapa lagi. Yang jelas, dirinya kini harus mengikuti Inara diam-diam. Ceweknya itu berniat akan ke perpusatakaan yang memang letaknya berada di ujung.
"Shit! Dugaan gue bener, mereka ngikutin Inara."
Rangga memegang balok kayu yang ia ambil di tempat sampah. Langkah kakinya semakin di perpelan agar tidak ketahuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranara [END]
RomanceIni tentang gadis manis bernama Inara Asera Cantika, si gadis beasiswa, yang kerap kali di bully. Hingga tiba-tiba datang seorang laki-laki yang akhir-akhir ini sering mengganggu sekaligus membantunya. Seiring berjalannya waktu, sebuah rahasia besar...