Bagian 20

66 9 0
                                    

Bolos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bolos.

Hari ini, pertama kalinya seorang Inara membolos. Bukan karena alasan ia bosan bersekolah ataupun malas. Ia hanya tidak sempat izin ke wali kelas bahwa hari ini ia ada urusan mendadak.

Inara menempelkan punggung tangannya ke kening Rangga. Suhu badannya sudah tidak sepanas pagi tadi. Iya, dia sekarang berada di kamar Rangga, pagi-pagi ia sudah dapat telpon dari Mamanya Rangga bahwa cowoknya itu demam.

Ruangan yang di penuhi dengan desain luar angkasa yang begitu mewah. Di setiap ujung kamarnya terdapat pesawat, teleskop dan alat lainnya.

Inara tidak berhenti berdecak kagum. Design kamar cowoknya ini sangatlah memesona.

"Tutup mulutnya neng."

Seketika Inara membungkam mulutnya dengan tangan kanannya. Ia menoleh kearah Rangga yang sudah terbangun. "Kenapa Aga? Mau minum?"

"Aga?"

"Hah? Anu itu refleks doang...,"

"Ohh aku ngerti, panggilan khusus kan, ya?" Inara mengulum senyumnya. Pipinya memanas seketika.

Efek debaran jantung yang seketika menggila karena ulah Rangga!

Pipi memanas dan salah tingkah itu juga karena Rangga!

Inara harus sudah siap mental jika berdekatan dengan Rangga, bisa-bisa ia menjadi gila karena cowok itu juga. Ahhh, jangan sampai pokoknya!

"Gapapa, aku suka, kok. Lucu, hehe."

"Cita-cita kamu jadi astronot?" Rangga menggelengkan kepalanya. "Gak lah! Pelajaran fisika, kimia, matematika aja aku gak bisa, Ra. Gimana mau jadi astronot?"

"Namanya kan usaha dulu. Tapi, kok, kamar kamu luar angkasa semua sih?"

"Karena aku suka sama yang berbau luar angkasa. Coba liat langit kamar aku, Ra, serasa liat bintang dari dekat, kan?" Inara menganggukkan kepalanya. Perkataan cowoknya itu memanglah benar.

"Kenapa bisa babak belur gini?"

Garis wajah cowok itu menurun. Ingatannya kembali pada kejadian malam tadi, dimana Jarrel yang menyuruhnya untuk meninggalkan Inara. Bagaimana bisa ia tidak emosi? Memangnya melepaskan Inara semudah itu? Oh tidak, apalagi kini dirinya sudah terperangkap sama permainannya sendiri.

"Gapapa. Aku kemarin cuma emosi aja, Ra. Ada yang nyuruh aku buat lepasin kamu."

Cewek itu mengernyitkan alisnya. "Siapa? Kok bisa? Alasannya apa?"

"Dia temen aku, Ra, Jarrel namanya. Aku sama—"

Rangga menjeda ucapannya, mulai ragu akan kelanjutan perkataannya itu. Apa iya dirinya harus jujur? Kalau jujur terus Inara menginggalkannya bagaimana? Rangga menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali. Cowok itu langsung menarik tubuh Inara masuk kedekapannya, mencium aroma tubuh cewek itu.

Ranara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang