Bagian 16

41 11 0
                                    

Baru kemarin Inara bilang kalau aman-aman saja jika terornya tidak sampai ke rumahnya, ehh malah hari libur seperti ini teror itu tiba di rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Baru kemarin Inara bilang kalau aman-aman saja jika terornya tidak sampai ke rumahnya, ehh malah hari libur seperti ini teror itu tiba di rumahnya. Orang tuanya dibuat terkejut di pagi hari saat mendapatkan kiriman tikus mati. Mereka yang belum sarapan langsung mengeluarkan isi perutnya.

"Siapa sih yang iseng-iseng kayak gini?" Ayahnya Inara mendengus kesal. Sementara Ibunya sudah tidak sanggup menatap isi kotak itu.

"Ada apa sih, yah?" tanya Inara bingung.

"Nih!" Farhan menyodorkan kotak berisi tikus mati. Raut wajah Inara seketika berubah drastis. Isi perutnya pun seperti ingin keluar.

Inara berusaha menormalkan mimik wajahnya. Dia pun terkekeh. "Oalah, ternyata tikus bunuh diri. Ini punya aku, Yah. Kemarin ada praktek biologi. Ehh, aku lupa kuburin hewannya."

Gadis itu langsung menarik kotak itu lalu melangkah dengan gontai ke belakang rumahnya. Kakinya masih terasa sakit akibat keserempet motor.

"Yah, emang beneran yang dibilang Inara?" tanya Miranti, Ibunya.

"Ayah juga kurang yakin, Bu. Kayaknya ada yang aneh deh sama anak kita. Masa' udah beberapa hari ini dia hampir kenapa-napa," jawab Farhan sembari berpikir.

"Ibu jadi khawatir, Yah." Mata Miranti mulai berkaca-kaca. Wajahnya nampak khawatir.

Farhan berusaha menguatkan dan menasihati istrinya untuk selalu berpikiran positif. "Ibu jangan khawatir. Nanti Ayah yang cari tau, ya."

Miranti hanya mengangguk pelan. Farhan menyusul putri sulungnya yang sedang menguburkan tikus malang itu. Tanpa Inara sadari, ayahnya melihat putrinya meneteskan air mata. Farhan pun menghampiri Inara.

Sesampainya Farhan disebelah putrinya, Inara langsung menghapus air matanya. Sang Ayah mengusap lembut bahu Inara.

"Ada masalah apa, nak? Cerita sama Ayah," ujar Farhan dengan lembut.

Inara menggeleng pelan.

"Aku kasian sama tikusnya, Yah," dalih Inara disela isakannya. Dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya terjadi pada kedua orang tuanya. Inara tidak ingin menambah pikirannya.

"Serius? Kamu gak ada masalah di sekolah atau masalah sama orang?" tanya Farhan curiga.

Lagi-lagi Inara menggeleng. "Gak, kok, Yah. Ayah sama Ibu gak usah khawatir, yah."

"Yaudah, kalo begitu Ayah ke dalam dulu."

Setelah Farhan berpamitan, Inara hanya menunduk merasa bersalah.

"Maafin aku, Yah, Bu. Aku bohong," lirihnya.

∞∞∞

Suara ketukan pintu menggema di rumah Inara. Malam ini, Rangga datang setelah diberitahu oleh Inara bahwa dia menerima kiriman yang berisi tikus mati. Namun, alasan kedatangannya hanya belajar.

Ranara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang