Bagian 30 [END]

177 10 15
                                    

Inara bergegas pulang kerumah setelah mendapat telefon dari sang adik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Inara bergegas pulang kerumah setelah mendapat telefon dari sang adik. Setibanya ia dirumah, terlihat sebuah mobil berada tepat di depan rumahnya.

Inara bertanya-tanya dalam hati, siapakah mereka yang tiba-tiba datang kerumahnya dengan alasan ingin bertemu dengan dirinya? Seingat Inara, keluarganya tidak memiliki kerabat yang cukup kaya seperti pemilik mobil ini.

Dengan pasti, Inara membuka pintu rumah dan langsung dihadapkan dengan beberapa orang yang tengah berkumpul di kursi ruang tamu.

Sang wanita yang Inara perkirakan seumuran dengan Ibunya itu langsung bangkit dari duduk dan menghampiri Inara dengan raut yang entah kenapa Inara bingung mendeskripsikannya.

Wanita itu tersenyum, tapi juga menangis. Terbukti dari air matanya yang terlihat keluar dari matanya.

Inara masih kebingungan, siapa mereka dan apa yang terjadi?

"Ra, duduk dulu nak." Ucap Farhan-Ayahnya

Inara mengangguk, ia duduk di sebelah sang ibu. Lalu wanita tadi juga kembali duduk ke tempat asalnya tadi, tanpa mengalihkan pandangan untuk menatap Inara.

"Sebuah keberuntungan terjadi hari ini," Ucap Ayahnya lagi

Inara menoleh, menatap sang Ayah penuh tanya, "Maksud ayah?"

Farhan tersenyum, lalu menatap Inara dan kedua pasangan itu bergantian.
"Mereka... Keluargamu."

"Hah?" Bukannya apa, Inara masih mencerna apa maksud perkataan dari sang Ayah. Mereka yang dimaksud ayahnya adalah kedua pasangan yang duduk di sebrang itu, keluarganya? Kerabat dari orangtuanya atau.... Maksudnya gimana sih?

"Dia Melinda, dan suaminya, Radit. Mereka orangtua kandung kamu, Ra."

Deg

Orang tua, kandung? Mereka? Sebentar, bahkan saking kagetnya Inara sampai lupa cara bernafas untuk sejenak.

Inara kembali menatap sang Ayah dan Ibunya untuk meminta penjelasan lebih lanjut.

Farhan mengangguk, ia lantas menatap Melinda dan Radit untuk memberikan penjelasan.

Kemudian masih dengan air mata yang berlinang, Melinda berbicara.
"Dulu, saat mama melahirkan kamu di sebuah rumah sakit, semua berjalan lancar. Lalu saat kami dalam perjalanan pulang menuju rumah di malam hari, mobil tiba-tiba mogok di tengah jalan. Papa mu langsung menghubungi temannya untuk membantu kami. Sembari menunggu, kami mampir ke warung terdekat, lalu mama izin ke toilet dengan kamu yang masih mama gendong. Di toilet itu ada sebuah perempuan muda, mama nitipin kamu sebentar buat mama masuk ke toilet. Setelah mama keluar, perempuan itu sudah gak ada. Mama masih berpikir positif kalau si perempuan itu tadi mengajakmu berjalan-jalan keluar atau menyerahkan kamu ke papa."

"Tapi nyatanya mama salah, mama cari kamu di segala sisi warung. Dan kamu gak ada, perempuan itu juga entah kemana hilangnya. Mama langsung bilang ke papa, papa jelas kaget. Kami juga langsung tanya ke si pemilik warung, dia bilang gak ngeliat karna sibuk melayani pembeli. Saat itu kami gak bisa langsung lapor pihak berwajib karna belum 24 jam, tapi mama dan papa gak nyerah gitu aja. Kami cari kamu di sekitar sana walaupun tetap gak nemuin keberadaan kamu."

Ranara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang