Bagian 14

32 10 0
                                    

Viola menghela napas sejenak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Viola menghela napas sejenak. Ia memegang pundak sahabatnya itu dengan pelan.

"Gue saranin sama lo buat lepasin Rangga kalau lo emang gak suka. Tapi, rubah sikap lo kalau emang lo suka."

"Entar dia ganggu gue mulu, Vi."

"Apa bedanya dulu sebelum pacaran sama yang sekarang tapi udah pacaran? Gak ada bedanya, kan? Masih sama aja kan dia gangguin lo terus?"

Inara berpikir sejenak. Apa yang dikatakan Viola memang benar. Baik sebelum atau sesudah pacaran pun cowok itu masih saja mengganggunya.

"Terus gue harus gimana?" lirihnya. Sungguh, dia sangat bingung. Padahal, sangat mudah baginya untuk memutuskan hubungannya dengan Rangga, tetapi kenapa ia merasa tidak mau?

"Gue bingung, Vi. Gue nerima Rangga emang karena gue gak mau dia ngintilin gue terus, sekaligus ga mau ada masalah lagi sama Bella. Tapi, ternyata apa yang gue pikirin selama ini salah. Bahkan bukan di labrak Bella, malah di teror, lo juga tau sendiri, kan, Vi?"

"Ambil keputusan yang buat lo nyaman aja, Ra."

"Gue mau putusin Rangga, tapi gue kasian sama dia, Vi. Dia emang nyebelin minta ampun, tapi dia baik. Baikkk banget, bahkan dia masih minta maaf gegara kejadian tadi. Gue jadi ngerasa bersalah."

"Lo minta maaf gih. Bukan karena ngerasa kasian aja, tapi karena sikap-sikap lo selama ini." Viola menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya pelan.

"Lo sadar gak sih, sikap lo itu bisa aja buat Rangga ngerasa sakit hati?"

"Lo kayak gatau gue aja deh, Vi."

"Yeah, i know sikap lo kayak gimana. Tapi kan, coba deh belajar dari sekarang lebih rada halus ke Rangga. Ya maksudnya tuh lebih kearah layaknya cewek ke pacarnya gitu, lohh. Lo pasti ngerti kan Ra, maksud dari perkataan gue?"

"Iya gue ngerti. Gue pikir-pikir dulu aja deh. Lagian, buka hati itu gak segampang kayak lo beli skincare, Vi."

"Iya gue tau, Ra. Tapi gak ada salahnya lo coba dulu aja. Tapi, di liat-liat Rangga emang tulus sama lo, Ra. Gue gak mau aja gitu lo nyesel udah mutusin Rangga. Berabe kan lo tiba-tiba suka sama Rangga tapi status udah jadi mantan. Apa kata dunia?"

Inara mendengus sebal mendengar perkataan terakhir yang di lontarkan sahabatnya itu. "Terus gue jawab apaan ini?"

Iya, ponselnya kini masih menyala di posisi room chatnya Rangga, memikirkan kata-kata yang pas untuk di balas.

"Halah, biasanya juga cuma di read doang, lah sekarang ribet mikirin buat balas chatnya Rangga."

"Viola gak usah rese, deh! Gue serius, nih."

Viola tertawa pelan. "Iya iya. Jawab aja eumm apa ya? Gini gini...,"

"Gini gimana?"

"Bentar, Ra, tunggu tunggu...,"

Ranara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang