Bagian 21

42 10 0
                                    

Tanpa Ayah dan Ibunya tahu, Inara pulang ke rumahnya seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tanpa Ayah dan Ibunya tahu, Inara pulang ke rumahnya seperti biasa. Dia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya karena bolos hari ini. Lebih tepatnya, izin. Hanya karena pacarnya yang sedang sakit.

Ya, bukan seperti Inara pada umumnya. Inara yang dahulu lebih mementingkan pendidikannya ketimbang orang lain. Alhasil setelah jatuh cinta, justru menjadi orang yang perlahan bucin.

"Tumbenan lo bolos, Ra. Ada apaan sih?" tanya Viola penasaran dari seberang telepon.

"Rangga lagi sakit. Gue khawatir," jawab Inara santai. Padahal dia sedang malu mengakuinya.

Viola tergelak. "Ciee, yang udah mulai bucin."

Inara sontak memutarkan bola matanya malas. Malu? Iya. Jengkel? Pasti. Dia teramat jengkel jika Viola mengatainya seperti itu.

"Diem!"

"Ups!" Viola justru semakin melancarkan aksinya.

Tiba-tiba Viola teringat sesuatu. Jam pulang sekolah, dia tidak sengaja mendengar pembicaraan Jarrel dan kawan-kawannya di pagar yang sedang menunggu Rangga dan Inara pulang. Viola dibuat penasaraan saat mendengar nama Rangga dan Inara mereka sebut-sebut.

"Ra, gue gak sengaja denger cowok-cowok bicarain lo sama Rangga."

Dahi Inara sukses keriting. "Siapa?"

"Gue juga gak kenal sih. Tapi mukanya keliatan jengkel banget sama kalian berdua. Terutama sama Rangga. Katanya, dia pengecut, gak nepatin janji. Kalo gue gak salah denger, ya!" jawab Viola seadanya tanpa menambah atau mengurangi yang dia dengar.

"Rangga punya masalah apa sih? Gini yah, Vi, kemarin tuh pas gue sampe ke rumahnya, mukanya babak belur plus demam. Katanya ada orang yang nyuruh dia buat ninggalin gue. Aneh, kan? Tiba-tiba aja nyuruh ninggalin gue. Padahal jadiannya baru dua mingguan lebih," omel Inara tidak terima.

Cewek mana yang mau ditinggal pas lagi sayang-sayangnya? Gak ada. Menurut Inara, bukan hanya cewek yang tidak mau diposisi itu. Pasti para kaum adam diluar sana pun sama.

"Udah mulai suka tuh keliatannya," celetuk Viola.

"Emang," timpal Inara enteng.

Inara tidak suka berbohong dan menutupi apa yang dia rasakan pada sahabatnya. Bisa Inara tebak kalau Viola sudah menganga tidak percaya.

"AAAKHH!" pekik Viola yang membuat Inara terlonjak kaget.

"Lo kenapa, Vi?" tanya Inara khawatir.

"Gue gak nyangka sahabat gue udah pinter cinta-cintaan," jawab Viola teramat antusias.

Golok, mana golok? Inara ingin sekali mendatangi Viola dan membedah isi kepalanya. Dia heran kenapa sahabatnya bisa seperti itu? Apakah kelihatan bahwa Inara memang tidak bisa untuk jatuh cinta?

Ranara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang