“Zee? Fiony?”
Chika tidak heran jika ada Zee dan Fiony di Bali. Zee yang terlibat dalam suatu proyek yang sama dengan dirinya saja bisa meluangkan waktu untuk menemani Fiony mengikuti workshop memasak. Jadi ia sendiri pun juga harus bisa meluangkan waktu untuk menyusul Ara ke Bali.
Berbeda dengan reaksi Chika dan Zee yang saling melempar senyum, Ara dan Fiony justru hanya bisa diam seolah saling berkomunikasi melalui tatapan mata.
“Bangkunya pada penuh, ya, Zee? Gabung sini aja,” ajak Chika memberi usulan.
“Beneran? Ntar aku sama Fio jadi ganggu kalian berdua,” sanggah Zee, berbasa-basi. Padahal ia sendiri yang mengajak Fiony menghampiri Chika dan Ara. Selain karena mereka saling kenal, bangku yang lain juga sudah penuh.
“Nggak apa-apa, kok. Ya, kan, Ara?” Pertanyaan Chika otomatis membuat aksi saling pandang antara Fiony dengan Ara langsung buyar.
“I-iya. Nggak apa-apa, kok.” Ara sedikit terbata karena merasa gugup akan keberadaan Fiony. Ia mengalihkan pandangan dan tersenyum pada Chika.
Setelah mendapat persetujuan dari suaminya, Chika menggeser posisi ke sebelah Ara agar Zee dan Fiony bisa duduk di seberangnya.
Sebisa mungkin Fiony mengalihkan pandangan mata dari Ara yang memutuskan untuk menunduk. Satu pertanyaan yang bersarang di kepalanya saat ini, kenapa Ara bisa ada di sini bersama Chika?
“Fiony apa kabar?” tanya Chika antusias.
“Sehat. Chika gimana?” Fiony balik bertanya.
“Sehat juga, kok. Eh, iya, aku baru inget. Jadi karena ada workshop di sini, ya, makanya kamu nggak bisa ajarin aku masak?” Entah kenapa Chika tiba-tiba teringat akan janji yang pernah mereka buat sebelumnya.
Fiony mengangguk pelan. “Iya. Kemarin Kak Zee, nih, yang kasih infonya. Oh, iya, minggu depan kita jadi masak bareng ‘kan?”
“Jadi, dong. Fiony berapa lama di Bali? Besok mau langsung pulang atau liburan dulu beberapa hari di sini?”
“Besok langsung pulang,” jawab Fiony. Zee yang mendengar obrolan dua perempuan itu pun ikut menanggapi, “Rencananya, sih, mau nambah beberapa hari. Tapi besok lusa gue ada presentasi yang nggak bisa diwakilin, Chik.”
“Kalo gitu, ya, lo tinggal pulang aja lah, Zee. Ngapain juga Fiony ikut pulang?”
“Ya nggak bisa gitu, Chika. Yang ngajak Fiony ke sini, kan, gue. Jadi, ya, gue harus bertanggung jawab selama Fio di sini dan bawa dia pulang dengan selamat sampe rumah,” jelas Zee.
“Wah. Mantap banget, lah, emang Azizi kalo urusan menjaga cewek,” respon Chika. Setengah memuji, setengah mengejek. Sebab bukan menjadi rahasia lagi jika Zee sangat pandai untuk persoalan wanita.
Zee hanya tersenyum menanggapi. Sedangkan Fiony kembali bertanya, “Kalo Chika sendiri mau berapa lama di sini?”
“Rencananya, sih, empat sampai lima hari.”
“Oh. Ikut workshop juga atau emang ada kerjaan di sini?” tanya Fiony. Sebenarnya pertanyaan yang ingin dia ajukan mengarah pada keberadaan Ara di samping perempuan itu.
“Eh, nggak, kok. Aku di sini nggak ikut workshop.”
“Terus?”
Chika melirik pada Ara sekilas. Setelahnya ia menjawab, “Sama kaya Zee yang nemenin kamu ikut workshop, aku nemenin Ara. Dia yang ikut workshop hari ini sama kemarin juga.”
Mendengar jawaban Chika membuat Fiony semakin penasaran. Apakah Chika punya hubungan spesial dengan Ara? Atau Chika hanya sekadar teman yang ingin menemani Ara sama seperti Zee yang menemani dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
AMANAH
RomanceCerita ini kudedikasikan untuk Teh Ica dan Mang Ara yang cuma dapet scene tatap-tatapan doang, nyapa kagak😕😭 Nggak ada sinopsis. Kalo penasaran, langsung baca aja ceritanya. Thank you❤ tamaraseo_