Part 27

2.3K 293 31
                                    

Banyak hal di dunia ini yang sulit dimengerti dan dipahami oleh akal. Banyak hal aneh yang terkadang di luar nalar kita memang masih seringkali terjadi. Orang-orang akan berbicara jika hal itu begitu aneh, tak masuk nalar atau bahkan gila.

Seperti perempuan dengan rambut sebahu itu, misalnya. Apa yang ia lakukan benar-benar sudah mencapai batas di luar nalar teman-temannya sendiri. Bahkan setelah pertengkaran hebat dengan kekasihnya beberapa hari lalu, tak cukup mampu membuat gadis itu merasa jera.

Ia tetap memperlakukan lelaki itu sebagaimana kekasih tercintanya. Entah berapa banyak kata maaf yang terulang, begitu pula dengan kata janji yang katanya tidak akan mengulangi. Namun nyatanya, janji-janji itu tak lebih dari sebuah formalitas belaka demi mempertahankan hubungan mereka.

"Sayang, tolong bukain, dong. Aku haus,” pinta si lelaki, mengulurkan sebuah air mineral botol yang masih tersegel dengan nada manja seperti biasa.

Perempuan itu yang semula hendak menyuapkan makanannya pun urung dilakukan. Ia menerima air mineral yang diberikan lantas membukanya. “Nih, Sayang. Pelan-pelan, ya, minumnya,” ucapnya mengembalikan botol tersebut.

"Thank you, Baby." Lelaki itu tersenyum pada si gadis yang kini juga membalas senyumannya.

Melihat sikap mereka sekarang, siapapun akan percaya bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai, sepasang kekasih yang saling menyayangi dan sepasang kekasih yang patut dijadikan panutan oleh kaum muda seusianya ketika berpacaran.

Perempuan itu merasa lega. Pasca pertengkaran terakhir mereka, kekasihnya itu sudah jarang berulah. Sikap manis lelaki itu justru semakin bertambah beberapa kali lipat dibanding sebelumnya. Jika sudah seperti ini, mana mungkin ia melayangkan kata ‘putus’ pada sosok lelaki yang sudah menghiasi hari-harinya selama tiga tahun terakhir.

“Sayang, weekend besok aku boleh hangout bareng temen-temen aku dulu, nggak?” Perempuan itu meminta izin seperti biasa tiap kali akan melakukan kegiatan di luar.

“Temen-temen siapa? Hangout kemana? Berapa lama?”

Selalu. Sederet pertanyaan seperti itulah yang tak pernah luput untuk lelaki itu tanyakan ketika sang gadis meminta izin.

“Bareng anak koas dan beberapa dokter senior yang satu RS sama aku. Kata Dokter Lia, sih, mau makan-makan gitu di Depok. Pas jam makan siang, sampe sore mungkin.”

“Makan-makan doang mah paling sama aja kaya kita kalo lagi hangout, Beb. Nggak usah ikut lah ya? Temenin aku futsalan aja.”

“Yah. Padahal aku udah bilang bisa. Kalo sama temen sesama koas aja, sih, aku masih bisa ngeles. Tapi ini ada dokter senior juga, aku nggak enak buat nolak.”

“Hmm. Yaudah, deh, nggak apa-apa. Tapi ntar aku yang anterin, ya? Sama kalo aku telepon kamu terus juga nggak boleh protes, setuju?”

“Setuju.” Perempuan itu mengangguk mantap. Baginya, hal seperti itu sudah sangat wajar dilakukan oleh mereka yang terikat status pacaran. Setidaknya kali ini ia tidak perlu bersusah payah untuk membujuk lelaki itu.

Tidak ada masalah apapun selama mereka berdua melanjutkan acara makan malamnya. Mereka terlihat baik-baik saja. Mengobrol banyak hal tentang kegiatan masing-masing sambil menikmati makanan yang mereka pesan.

Hingga beberapa menit selanjutnya, panggilan dari seseorang bernama Firman itu tiba-tiba muncul di layar ponsel sang gadis. Si lelaki yang selalu cepat tanggap berhasil melihat nama seseorang yang muncul. Ia kenal dengan nama itu. Firman adalah salah satu rekan kekasihnya yang juga menjadi koas di RS yang sama.

“Ngapain Firman nelpon?" tanya lelaki itu dengan emosi yang siap-siap meledak.

"Eh, nggak tau, Yang. Aku tolak aja, ya.” Tak ingin mencari masalah, perempuan itu berniat menolak panggilan dan berusaha membuat kekasihnya tenang. Namun lelaki itu segera merampas ponsel dan mencengkeram tangan si perempuan dengan sangat keras.

AMANAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang