Part 29

2.2K 352 29
                                    

"Kak Vion, kamu lagi ngapain?" Chika yang baru saja tiba di apartemen milik Vion langsung menyimpan tasnya di atas meja.

"Loh, Sayangku, kok udah dateng aja? Kenapa nggak ngabarin dulu?" Vion langsung meletakkan buku tebal di atas meja.

"Aku udah chat kamu bahkan telepon berkali-kali tapi nggak diangkat. Yaudah aku langsung ke sini aja," dengus Chika sebal. Namun meski begitu ia tetap berjalan mendekat pada Vion dan menyandarkan kepalanya pada pundak kanan lelaki itu.

"Eh, iya apa? Haha. Maaf banget. Kayanya HP aku nggak sengaja kena silent. Makanya nggak denger bunyi apa-apa." Tangan Vion terulur merangkul pundak Chika dan mengusapnya pelan. Berharap agar rasa kesal kekasihnya itu sedikit berkurang.

"Kebiasaan, ih. Kak Vion udah makan belum?"

"Belum. Kan emang kita udah janjian mau makan bareng di luar. Berangkat sekarang?" tanya Vion memberi penawaran. Ia sudah sangat hapal jika Chika tidak suka menunggu.

"Kamu ngerjain apa, sih, Kak? Kayanya sibuk banget?" tanya Chika. Ia melepaskan diri dari dekapan Vion dan menatap wajah tirus kekasihnya itu. "Jangan begadang terus tau, Kak. Kantung mata kamu, tuh, udah gede banget. Mau cosplay jadi panda?"

"Haha. Berarti aku imut dong?" respon Vion yang justru tertawa.

"Dih. PD banget," dengus Chika. "Tapi serius, kamu lagi ngerjain apa? Tugas ospek lagi? Mau aku bantuin, nggak? Biar ntar kalo aku masuk kuliah, aku udah ngerti dikit-dikit."

"Ya ampun. Emang ambisius banget, ya, anaknya. Heran. Makasih, lho, atas niat baiknya. Tapi aku masih bisa kerjain sendiri, kok. Kamu temenin aku aja di sini," pinta Vion dengan ekspresi segemas mungkin.

"Kak Vion curang, ih, mukanya dibuat sok imut gitu," protes Chika. Ia memukul pelan pundak Vion. Namun setelah itu ia justru kembali meletakkan kepalanya, "Tanpa kamu minta pun aku pengen selalu bareng-bareng kamu terus tau, Kak. Chika sayang banget sama Kak Vion."

Vion tersenyum tipis. Ia kembali mendekap Chika. Mencium puncak kepala perempuan itu lantas menjawab, "Vion juga sayang banget sama Chika."

Setelah beberapa saat lamanya hanya diisi oleh keheningan dalam apartemen itu, Vion membuka suara terlebih dulu. "Sayang, kamu nggak laper? Beli makan sekarang, yuk! Aku udah laper banget."

"Mau aku bikinin pasta, nggak, Kak? Barusan aku habis dari supermarket bareng Aiko. Kata Aiko, pasti Kak Vion sibuk ngerjain tugas ospek. Kasian kalo keluar. Jadi Aiko nyuruh aku masakin Kak Vion makanan yang simple tapi bikin kenyang juga."

Meski Vion tak yakin dengan hasil masakan Chika yang belum pernah memasak, ia tetap mengangguk setuju agar perempuan itu tidak merasa tersinggung ketika niat baiknya ditolak. "Boleh."

"Sekalian mau simulasi jadi istri yang bisa masakin aku, kah, nanti? Haha. Makin sayang, deh." Bahkan Vion menggoda kekasihnya itu hingga Chika tersenyum malu-malu.

"Apaan, sih, Kak Vion! Udah, ah, aku mau masak pastanya dulu. Kakak diem aja di sini," perintah Chika. Setelah itu ia langsung bangkit dan berlalu menuju dapur.

Vion tersenyum menatap punggung Chika. Ia kembali beralih pada laptopnya dan mengerjakan tugas selagi menunggu. Tak lupa ia juga memutar playlist kesukaan Chika.

Mungkin sekitar dua puluh menit berlalu, Vion yang terlalu fokus mengerjakan tugas bahkan tidak sadar jika Chika memperhatikan dirinya dengan posisi berdiri di belakang sofa.

"Serius banget, sih, Kak?" tegur Chika sembari mengalungkan kedua lengannya pada leher Vion dan menumpukan dagunya di atas kepala lelaki itu.

AMANAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang