1-boy and his obsession

110K 2.9K 54
                                    

Happy Reading..............

Maaf typo🍑🌹
~~~~~~~~~~

Katanya, menyukai seorang pria dalam diam lebih mudah daripada melihatnya bersama wanita lain. Itu yang dirasakan Chana hampir 6 bulan ini.

Garen, teman kelasnya itu sudah menarik perhatiannya saat pertama kali dia duduk di kelas x ips1. Memperhatikan setiap kegiatan yang dilakukan, senyum, serta tawa khas pria itu saat bahagia.

"Chana."

"Apa?" Chana menyahut sambil mencoret random bukunya tak minat lalu melirik teman sebangkunya yang berkutat dengan benda di tanganya.

"Bantuin gue buat ini." ucap Zia Sambil menyodorkan kerajinan tangan setengah jadi kepada Chana.

Chana menggeleng sambil menatap tas rajut kecil ditangan Zia. Lebih baik dia membaca seharian daripada membuat kerajinan kerajinan seperti itu. "Nggak bisa buat."

"Coba dulu gue ajarin."

"Mending lo kasih gue novel daripada ngajarin gue buat–awh!"

Zia menatap sengit Chana yang mengusap pelipisnya. Kenapa temannya ini hanya tertuju kepada rentetan kalimat berlembar lembar. "Minggu kemaren lo udah beli novel kalau lo lupa."

"Tapi kata Thia hari ini ada novel baru Zi."

"Bodo amat!" ucap Zia dengan acuh sambil melanjutkan rajutannya kembali.

Chana menghela nafas lalu menatap Garen yang masuk kelas bersama Deva dan Aryo. Seperti biasa, pria itu akan selalu tertawa lepas saat bersama kedua temannya.

"Garen katanya jadi calon kandidat pengurus OSIS. Gue denger denger sih dia sama Alana."

"Dua orang doang dari angkatan kita?"

"Nggak tau juga sih" ucap Zia kemudian menatap Garen yang berjalan kearah mereka.

"Zia, boleh pinjem pulpen yang warna merah kemaren nggak?"

Zia menggeleng lalu menunjuk Chana. "Pulpennya punya Chana bukan punya gue"

"Boleh pinjem Cha?"

Chana mengangguk lalu mengambil pulpennya di dalam kotak pensil. "Ini"

"Gue pinjem bentar"

"Iya"

"Good morning." Jeo duduk di depan Chana dan menatap Garen yang berjalan di tempat duduknya. "Tumben Garen nyamperin kalian."

"Pinjem pulpen"

Jeo mengangguk kecil lalu mengambil tas rajut di depan Chana namun langsung di tepis oleh Zia. "Nggak usah pegang! Nanti rusak."

"Yaelah"

Tlak

"Makasih"

Ketiga orang tersebut menatap Aryo setelah melempar pulpen milik Chana hingga terjatuh di lantai. Jeo berdesis lalu mengambil pulpen yang berada dibawahnya. "Akhlaknya ketinggalan di rumah."

"Bukan ketinggalan, emang nggak punya akhlak dia tuh"

Chana tidak merespon ucapan  kedua temannya. Aryo memang seperti itu kepadanya bahkan saling bertegur sapa selama ini saja belum pernah. "Je, bukunya Zia lo bawa nggak?"

Jeo melotot dengan tangan yang meremat rambut panik. "Anjir lupa!"

"Jeje! Terus nilai kita gimana?"

"Tapi boong, yeay kamu kena prank" Jeo menunjuk Zia namun langsung meringis saat Zia memukulnya dengan kuat.

Boy and His ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang