25-boy and his obsession

16.9K 987 23
                                    

Happy Reading......

Maaf typo🍑🌹

~~~~~~~~~~~~~

Ranti memperhatikan Chana yang sedang berbincang melalui ponsel. Dia tadi sempat abai namun saat mendengar nama Garen dirinya mengurungkan niat untuk pergi ke dapur.

Dia tersenyum kecil ketika putrinya itu berkata dengan gugup. Bukan bermaksud untuk menguping tapi ini memang pertama kalinya Chana berani menjawab panggilan dari teman prianya.

"Kenapa berdiri di sini?–" Na'im menegur Ranti kemudian menatap kearah sofa. "–Hm dia udah dewasa"

Ranti menghela nafas mendengar kekehan renyah suaminya. "Tapi menurutku dia masih kecil yah. Nggak rela rasanya kalau dia terlalu cepet dewasa"

Na'im mengangguk mengerti lalu merangkul pinggang Ranti. "Ayo ke dapur"

Chana yang mendengar suara ayahnya langsung menoleh ke belakang sambil mencengkram ponselnya. Dia menghela nafas lega ketika ayah dan ibunya berjalan ke dapur.

"Gue jemput" ucap Garen dari sebrang membuat Chana mendekatkan ponselnya kembali ke telinga.

"Y–ya tapi gue ngapain ke rumah lo?–" Chana bingung. Untuk apa pria itu memaksa dirinya untuk pergi kesana. "–Eee nggak mau! Gue–"

"Mama mau ketemu sama lo Cha. Siap siap gue jemput lo sekarang"

Chana menatap ponselnya setelah Garen mematikan panggilannya secara sepihak. Garen menceritakan tentang dirinya?

"Buat apa dia cerita ke mamanya" Chana memejamkan mata dengan hela nafas pasrah. Mungkin wanita itu hanya ingin berkenalan dengannya saja.

Setelah bersiap Chana sekarang duduk di tempatnya tadi sambil menggoyangkan kakinya pelan. Garen telat datang atau dirinya yang berdandan terlalu cepat?

"Mau kemana?" tanya Rizhan lalu duduk di samping Chana.

"Keluar"

"Mau mas anter? Nanti kalau kejadian dulu dulu keulang gimana?"

"Di jemput Garen–" Chana melirik Rizhan dan berdecak ketika kakaknya itu tersenyum menjengkelkan. "–Apa!"

"Kayaknya lebih cocok sama Garen daripada Fazen Cha"

"Nggak jelas" Chana mendorong tubuh Rizhan menjauh sambil menggigit bibir malu.

"Chana"

Keduanya menatap Garen yang berada di ambang pintu. Chana mengambil tasnya lalu menatap Rizhan. "Aku pergi mas. Pamitin ke ib ya nanti"

"IBU CHANA MAU KENCAN SAMA GAREN!"

"Mas Rizhan!"

Garen yang menyaksikan  Chana memukul Rizhan hanya tertawa kecil. Lucu sekali, pipi Chana bersemu merah  hanya karena ucapan Rizhan.

••••••••••••••

Chana melirik Garen yang tengah fokus menyetir. Gara gara ucapan kakaknya tadi dia harus menyembunyikan rasa salah tingkahnya ketika Garen berkata bahwa pipinya memerah.

"Garen–" Chana menatap Garen yang bergumam pelan. "–Motor yang sering lo pake kemana? Kayaknya gue
udah lama nggak liat lo pake motor"

"Dijual Algar"

"Hah?"

Garen mengangguk sambil tersenyum. Algar memang menjualnya dengan alasan Runa yang selalu duduk di motor ketika pulang padahal status mereka sudah tidak memiliki hubungan apa apa. Tapi tidak mungkin jika Algar tidak tau dirinya mempunyai motor yang lain.

Boy and His ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang