Happy Reading...............
Maaf typo🍑🌹
~~~~~~~~~~~
"Bara belum dateng kayaknya" gumam Chana sambil menatap area parkir lalu melirik hoodie yang dia pegang.
Sudah seminggu lebih hoodie milik Bara ada di rumahnya karena ibunya melipat hoodie tersebut di tumpukan baju milik kakaknya dan Bara juga sama sekali tidak menanyakannya.
"Tunggu di kelasnya aja deh"
Chana bergegas meninggalkan tempat parkir menuju ke kelas Bara. Dia menatap Alana yang duduk di depan kelas lalu tersenyum sambil mempercepat langkahnya.
"Alana!"
"Hai–" Alana menggeser tubuhnya lalu menatap hoodie yang di pegang Chana. "–Tumben bawa hoodie Cha"
"Hoodie punya Bara. Mau gue balikin"
"Gue baru tau kalau lo deket sama Bara–" Alana membalas tatapan Chana lalu menjentikkan jarinya. "–Jangan jangan lo berdua backstreet"
"Siapa yang backstreet sih. Pacaran aja nggak–" Cahan berdecak saat Alana menatapnya tak percaya. "–Beneran!"
"Hm, muka lo nggak bohong. Gue percaya"
"Na–" Chana menggigit bibir bawahnya saat Alana menyahut pelan. "–Kalau lo diikutin orang asing yang bahkan ngambil foto lo diam diam gimana reaksi lo?"
"Bilang ke keluarga lah. Kan bisa aja sewaktu waktu orang itu bertindak hal lebih. Di culik misalnya, bahaya Cha"
Chana menghela nafas mendengar ucapan Alana. Apa dia harus memberi tahu keluarganya jika dia sedang diikuti oleh seseorang? Tapi selama seminggu ini orang itu tidak mengikutinya lagi.
"Kenapa lo nanya–oh! Lo diikutin sama orang Cha?!" Alana memegang bahu Chana sambil menggoyangnya pelan.
"E–enggak, gue cuma nanya doang. kemaren gue nonton film genrenya gitu jadi gue nanya pendapat lo kayak gimana"
"Gibahin apa hayo" celetuk Nolan yang datang bersama Bara.
"Bara–" Chana berdecak saat Bara hanya berdehem dengan atensi yang masih terfokus kepada ponsel. Dia menarik tangan Bara dan menyerahkan hoodie milik pria tersebut. "–Hoodie lo malem itu. Makasih"
"Kirain lo beliin gue hoodie"
"Uang darimana coba beliin lo hoodie" seru Chana sambil menatap Bara aneh.
"Ya buat pacar apa sih yang nggak bisa Cha–" Nolan menaik turunkan alisnya kemudian duduk disamping Alana. "–Lo mau nggak gue beliin rok tenis Na?"
"Ngaco!" Alana meninju Nolan yang tertawa. Untuk apa dia memakai rok tenis, lagipula rok tenis itu sangat mini.
"Chana"
Chana menatap Zia lalu mengangguk. "Gue ke kelas dulu, bye Na"
"Bye" ucap Alana sambil membalas lambaian Zia.
•••••••••••••••••••
"Hoodie lo wangi banget Bar. Ada rasa sensasi wangi ceweknya"
"Ngomong apa sih lo–" Nolan menampar kepala Deva yang sedang meminum es miliknya. "–Bego dah"
"Dicuci Chana makanya wanginya gini"
"Iya ya. Lo pernah minjemin dia hoodie–" Deva menampik tangan Nolan yang ingin mengambil makanannya. "–Edisi anak ilang"
"Bener njir. Mana bajunya Chana gambar kuda poni lagi. Coba lo bayangin kalau ada gadun yang punya fetish dandanin pasangannya kayak anak kecil terus liat Chana"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy and His Obsession
Teen FictionEND Sedikit 🔞 Siapa yang tidak mengagumi sosok Garen Savander Reinar? Ketua OSIS yang tampan cerdas ramah kepada siapapun. Tidak ada yang tidak mengagumi Garen apalagi teman sekelasnya terutama Elzaina Chana Anandami dan bahkan Garen sudah merebut...