22-boy and his obsession

18.4K 905 10
                                    

Happy Reading..........

Maaf typo 🍑🌹
~~~~~~~~

Garen memijit pelipisnya dengan helaan nafas berat lalu melirik Chana yang tengah tertidur. Dia sekarang berada di depan rumah Chana setelah berdebat panjang dengan Algar yang kekeh menginginkan Chana agar menginap di apartemennya.

Garen menggelengkan kepalanya yang benar benar pusing. Dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Rizhan. Ini sudah jam 8 malam wajar saja jika ponsel Chana sedari tadi berdering terus, pasti Rizhan terlebih orang tua Chana mencemaskan gadis ini.

"Hallo bang"

"Iya Ren kenapa? Oh iya lo–"

"Bisa keluar sekarang? Gue di depan rumah lo sama Chana. Dia ketiduran" Garen mematikan sambungan telfonnya setelah Rizhan berkata iya. Dia menatap Chana lalu mengelus rambut gadis tersebut dengan pelan.

"Maaf" ucap Garen kemudian mengarahkan tangannya ke bibir Chana yang memerah.

Garen menatap Rizhan yang tengah berlari menghampiri mobilnya lalu membuka pintu samping Chana. "Bang"

Rizhan menghela nafas sambil menatap adiknya. Dia tadi panik bukan main saat pulang lalu ibunya berkata jika Chana belum kembali kerumah. Penculikan. Hanya itu yang ada di fikirannya.

"Chana tadi kemana dulu Ren? Padahal dia bilangnya cuma mau pergi ke minimarket doang"

"Ehm–" Garen menyibak rambutnya saat Rizhan menatapnya. Tidak mungkin juga dia menceritakan hal yang sebenarnya kepada pria itu. "–Chana tadi gue ajak jalan waktu nggak sengaja ketemu di minimarket. Gue kira dia udah bilang sama lo. Sorry bang"

Rizhan mengangguk mengerti karena Chana memang sangat ceroboh untuk hal yang sepele seperti ini. Bahkan dia tadi berfikir bahwa Chana diculik oleh pria yang melecehkan adiknya itu beberapa waktu yang lalu. Dia melepas safety belt kemudian membopong Chana keluar mobil sambil membawa plastik milik adiknya itu.

"Thanks Ren"

"Hm, gue pulang dulu bang" Garen tersenyum lalu menutup pintu mobil dan menjalankan mobilnya pergi. Jikalau Chana nanti bercerita yang sebenarnya kepada Rizhan dia bersiap apapun yang pria itu lakukan kepadanya.

Garen mengambil ponselnya yang berdering dan mengangkat panggilan tersebut. "Hallo Dev"

"Nggak kesini Ren? Nolan kalau menang katanya mau traktir kita sepuasnya. Lumayan kan bisa buat dia mlarat"

Garen terkekeh dengan pandangan fokus ke jalanan. "Ya gue kesana"

Setelah menempuh beberapa menit akhirnya Garen sampai di arena balap. Dia menghampiri Bara dan yang lainnya setelah memarkirkan mobil di tempat biasa.

"Nolan masih tanding?"

Bara mengangguk tanpa mengalihkan fokusnya dari ponsel. Dia menghela nafas lega setelah Rizhan mengirim pesan jika Chana sudah pulang. Dia takut jika Chana di culik oleh pria asing itu.

"Dia lawan si Rega makanya berani traktir kita. Itung itung sedekah katanya–" Deva memasukkan ponselnya kemudian menatap Brian yang tak jauh dari mereka. "–Ngapain  dia senyum senyum ke kita"

"Jangan macem macem!" desis Garen saat Algar ingin mengambil alih tubuhnya.

"Hei, jadi siapa yang tanding nanti setelah Nolan?–" Brian terkekeh ketika mereka hanya menatapnya. "–Kayaknya lo nggak terlalu buruk Aryo. Lawan gue nanti"

"Oke" sahut Aryo tanpa minat.

"Baju lo sama kayak tadi–" Brian menunjuk Garen yang menatapnya tajam. "–Urusan lo sama Chana baru selesai?"

Boy and His ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang