17-boy and his obsession

21K 1.1K 15
                                    

Happy Reading..........

Maaf typo🍑🌹
~~~~~~~~~~~~~~

Rizhan membuang kotak susu rasa vanila lalu mengambil susu rasa coklat milik Chana. Dia menggoyangkan wadah tersebut kemudian mengambil gelas dan juga sendok.

"Minta ya Cha" gumamnya sambil mengaduk seduhan susu tersebut. Miliknya sudah habis dan milik Chana masih ada setengah wadah. Dia tidak tau kenapa Chana begitu hemat jika menyangkut dengan susu.

Buk

"MALING!" Chana mengambil kotak susu miliknya setelah memukul Rizhan dengan buku.

"Siapa juga yang maling. Mas udah bilang, kamu nya aja yang nggak denger" ucap Rizhan sambil mengusap pipinya. Sakit juga rasanya.

"Kapan!" tanya Chana dengan sengit.

"Tadi–" seru Rizhan dengan acuh lalu beranjak pergi ke depan. "–Tapi boong sih"

Chana menarik kaos Rizhan sambil memukul punggung kakaknya itu berkali kali.

"Heh udah. Dimarahin ibu nanti kalau susunya tumpah" Rizhan menyampingkan badanya lalu mengapit Chana dan berjalan menuju sofa.

"Ih keteknya bau got huek. Lepas!"

Chana yang sudah duduk menjauhkan diri dari Rizhan sambil menutup hidungnya. "Ganteng ganteng kok bau"

"Ya daripada tukang minum mabuk mabukan nggak jelas " ujar Rizhan sambil menyalakan tv.

Chana mengerjap kemudian menyenderkan badanya dengan hela nafas kecil. Dia jadi teringat dengan Garen yang sakit beberapa hari setelah minum alkohol dengan Aryo. Bara bilang Garen sama sekali tidak pernah minum sebelumnya jadi apa penyebab pria itu minum hingga membuatnya jatuh sakit?

Chup

Chana mengusap pipinya sambil menatap Rizhan dengan sinis. Pasti ada maunya jika tiba tiba mencium atau bersikap manis kepadanya. "Jangan nyuruh, lagi males!"

"Siapa yang mau nyuruh? Orang coma mau nyium doang"

"NGGAK" Chana langsung pergi saat Rizhan ingin menciumnya lagi. Lebih baik mereka berkelahi seharian daripada bersikap manis seperti tadi.

Chana merebahkan diri di kasur kemudian ponselnya. Dia baru sadar jika Fazen beberapa hari ini tidak mengiriminya pesan.

"Kok nomer Fazen nggak ada?"

Terakhir kali mereka bertukar pesan waktu Bara ke rumah dan membahas liburan bersama. Pasti Bara yang menghapus nomer Fazen.

Drrtt Drrtt

Chana menatap nomor asing yang menelponnya dan dengan ragu dia mengangkat panggilan tersebut. "Hallo"

"Lo sibuk nggak? Gue mau ajak lo keluar"

"Fazen?–" Chana duduk saat Fazen berdehem mengiyakan. "–Eee emang kita mau kemana?"

"Jalan jalan doang. Gue udah di depan rumah lo"

"Hah? Oke tunggu bentar" Chana mematikan panggilan tersebut dan bergegas untuk bersiap siap. Pasti Bara juga memblokir nomor Fazen sampai pria itu menghubungi dirinya dengan nomor lain.

Chana membuka pintu kamarnya dan menatap Rizhan yang datang dari luar. "Mas–"

"Udah ditunggu Fazen tuh. Cepetan sana"

"Ini juga mau nyamperin–" Chana melirik kearah dapur lalu menunjuk Rizhan. "–Awas kalau maling susu lagi"

Chana berjalan keluar sambil menatap Fazen yang duduk di kursi penumpang. Jika sedang bersama teman kenapa malah mengajaknya keluar.

Boy and His ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang