Happy Reading.............
Maaf typo🍑🌹
~~~~~~~~~~
Rizhan melirik Chana yang menatap pemandangan dari jendela dengan diam. Dia mengumpat dalam hati, pria brengsek mana yang berani melecehkan adiknya ini.
Dia benar benar syok ketika pulang dan mendapati Chana yang menangis sambil di tenangkan oleh Zia. Chana bahkan tidak mau bercerita tapi setelah di tenangkan oleh sang ayah akhirnya adiknya itu mau bercerita. Dia bingung, sebenarnya apa yang diincar pria itu dari Chana.
Rizhan menghentikan mobilnya di depan gerbang sekolah. Chana bersikukuh ingin ke sekolah setelah seharian kemarin hanya diam di kamar bersama ibunya.
"Beneran mau masuk?" tanya Rizhan mengusap rambut Chana.
"Hu'um" sahut Chana pelan. Dia memutuskan untuk pergi ke sekolah karena fikirannya terus di penuhi oleh kejadian malam itu.
Rizhan menatap bibir Chana yang terluka kemudian membenarkan hoodie yang di kenakan adiknya. Sungguh, ingin sekali dia menghajar pria itu sampai sekarat.
"Yaudah sana masuk. Nanti pulang sama Bara mas udah bilang ke dia"
"Iya" Chana keluar dari mobil dan sedikit cepat menuju kelasnya.
"Chana-!" Zia berdiri dan menghampiri Chana yang masuk kelas. Dia meringis kecil saat melihat wajah Chana yang sedikit pucat. "-Kenapa masuk kalau keadaan lo belum baik?"
"Kepikiran terus kalau dirumah-" Mereka berjalan ke meja lalu Chana langsung duduk di kursi dengan lesu. "-Ajak gue ngobrol Zi"
Zia kasihan kepada Chana. Menakutkan juga kalau pria itu datang lagi. Benar benar pria gila.
Jam pelajaran hampir selesai namun Jeo sama sekali tak sepenuhnya fokus saat pembelajaran berlangsung. Dia memainkan pulpennya kemudian menoleh ke Chana yang sibuk menulis. Dia tadi terlambat dan tak sempat bertanya apa yang dialami gadis itu.
"Lo kenapa Cha?"
Tuk
"Yang gue ceritain kemaren"
Deva menatap Zia dengan terkejut. Sebenarnya apa yang di perbuat pria itu kepada Chana. "Gila, serius!?"
Kring Kring
"Tugasnya dikumpulin ke ketua kelas. Bapak setelah jam istirahat nanti ada urusan jadi nggak bisa ngajar"
"Iya Pak"
Chana menatap Deva kemudian membereskan bukunya. "Iya Dev"
"Je titip makanan ya"
"Duit"
Zia mengambil uang dan memberikannya kepada Jeo. Tidak mungkin juga dia mengajak Chana ke kantin dengan keadaan seperti itu.
"Ngeri" Deva beranjak dari duduknya dan pergi bersama Garen serta Aryo ke kantin.
"Heh jangan ngelamun" Zia mengibaskan tangannya di depan wajah Chana lalu menghadapak tubuh gadis itu kearahnya.
"Gue takut Zi-" Chana menatap Zia yang memperhatikan leher bawahnya. "-Belum ilang. Gue gosok sampek perih pun nggak ngaruh"
"Ya emang. Tanda kayak gini lama ilangnya" Zia membenarkan hoodie Chana. Jika dia tidak terbangun saat itu entah apa yang akan terjadi kepada Chana selanjutnya dan sejujurnya dia sangat kesal karena belum sempat dia menghidupkan saklar lampu pria itu sudah pergi melalui jendela.
"Cha, mulai sekarang kalau ada apapun lo harus bilang. Lo nggak sendiri ada gue sama yang lain, mas Rizhan, orang tua lo. Biar kejadian kagak gini nggak ke ulang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy and His Obsession
Teen FictionEND Sedikit 🔞 Siapa yang tidak mengagumi sosok Garen Savander Reinar? Ketua OSIS yang tampan cerdas ramah kepada siapapun. Tidak ada yang tidak mengagumi Garen apalagi teman sekelasnya terutama Elzaina Chana Anandami dan bahkan Garen sudah merebut...