12-boy and his obsession

21.9K 1.3K 27
                                    

Happy Reading...........

Maaf typo🍑🌹
~~~~~~~~~~

"Minta uang mas–" Chana cemberut saat Rizhan hanya menatapnya. "–Ayah nggak ngasih uang saku"

"Nggak ada urusannya ya sama mas–" Rizhan tertawa lalu menarik seragam Chana saat adiknya itu ingin keluar dari mobil. "–Ngambekan, nih"

Chana menatap uang yang ada ditangannya. "Kebanyakan"

"Yaudah sini kalau nggak mau–" Rizhan berdecih saat Chana memasukan uang tersebut ke saku sambil tersenyum. "–Sana masuk"

"Mas kok banyak uang sih? Punya pekerjaan sampingan ya selain buka bisnis sama temen?–" Chana bergumam takjub saat Rizhan mengangguk santai. "–Kerja apa? Pasti gajinya gede"

"Management bayi gula aren. Mau join nggak Cha? Untung banyak Cha kalau jadi bayi gula"

"Ih, nggak mau!" Chana mendelik heran lalu keluar dari mobil meninggalkan kakaknya yang tertawa puas. Selalu saja bercanda jika dirinya bertanya serius. Mana berani kakaknya bekerja seperti itu, bisa bisa dijadikan samsak oleh ayah mereka.

Bel istirahat berbunyi mengakhiri pembelajaran di setiap kelas. Chana menutup bukunya dan melirik kursi Garen. Padahal tasnya ada tapi kemana pria itu?

"Nggak sabar gue Cha–" Zia menatap Chana yang membeo bingung lalu berdecak. "–Tiga hari lagi ulang tahun sekolah makanya OSIS sekarang sibuk ngurus semua. Emang lo tadi nggak liat panggung di tengah lapangan?"

"Nggak. Lupa juga kalau tiga hari lagi ulang tahun sekolah" Chana hanya tersenyum saat Zia menatapnya heran.

"Huft, nggak kerasa ya dua bulan lagi kita naik kelas" ucap Zia sambil menatap Jeo yang berlari keluar mengejar Reon.

"Hu'um" Chana mengangguk sambil mengelus bukunya pelan. Dua bulan lagi dia akan naik kelas namun pria itu sama sekali tidak berhenti menganggu hidupnya.

Hampir setiap malam dia bisa merasakan kecupan di dahinya bahkan di beberapa waktu pria itu akan memeluk dan mengelus rambutnya pelan. Dia pernah berfikir jika pria itu adalah hantu karena selalu saja bisa masuk ke kamarnya yang terkunci rapat.

'Kalau beneran hantu gimana?' batinya berteriak. Dia tidak mau mempunyai kisah cinta bersama hantu seperti cerita cerita yang dia baca.

"Nggak mau" gumamnya sambil menggeleng.

"Apa Cha?"

"Eeee ayo ke kantin" Chana berdiri lalu melirik Aryo yang sibuk dengan ponselnya. Pria itu terlihat lebih acuh dari biasanya setelah kejadian di loker. Tak apa, toh itu bukan urusannya.

Chana menghela nafas lalu duduk di pinggir lapangan bersama Zia setelah membeli roti dan beberapa camilan yang lain. Zia yang meminta dengan alasan ingin melihat Jeriko. Gadis itu sudah mengakui perasaannya ketika diberi pertanyaan yang menyudutkan oleh Thia.

"Itu Jeje cuma ngerusuh doang kerjaan"

"Nah kan dicubit sama Thia–" ucap Chana memperhatikan Jeo yang berhenti mengekori Thia. Dia melirik Zia lalu melambai ke wajah gadis itu saat tidak berkedip sama sekali. "–Kedip Zi"

"Ganggu ih!"

Chana mengangkat bahu acuh kemudian memperhatikan Garen yang duduk sambil memainkan map di tangan. Jantungnya masih berdebar aneh seperti dulu jika dia menatap Garen.

"Nyuruh orang kedip tapi lo malah ngelamun. Cowok fiksi lagi nih pasti" ucap Zia sambil menepuk pipi Chana.

"Kali ini nyata Zi. Jelas malah" gumamnya sambil membuka bungkus rotinya.

Boy and His ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang