"Kak Bi... kak Bii... kak bangunn..."
Brian bangun dari tidurnya dengan keadaan langsung melotot membuka mata. Mengejutkan sekali mimpinya barusan. Sudah lama sekali ia tidak memimpikan gadis itu. Apa hanya karena pertanyaan Adnan tadi malam membuat Brian akhirnya memikirkan Kanya kembali? Sampai-sampai harus terbawa mimpi seperti ini.
Di dalam mimpinya Kanya tersenyum sambil membangunkan Brian. Perempuan itu tampak manis menggunakan kemeja kebesaran milik Brian yang melekat pada tubuh mungilnya. Brian tersenyum saat mengingat bagaimana senyum Kanya. Manis sekali lord!
Tak mau senyum berlama-lama, akhirnya Brian memutuskan untuk pergi mandi dan langsung pergi kerumah orang tua nya. Karena besok adalah jadwal keberangkatannya ke Australia, jadi malam ini ia akan menginap dirumah orang tua nya.
Selesai mandi Brian mengemasi barang-barang yang akan ia bawa. Tak hanya barang-barang saja, Brian juga akan membawa bi Siti sebagai Asisten Rumah Tangga dan pak Rudi sebagai supir pribadinya nanti. Kedua orang tersebut sudah mendedikasikan diri pada keluarga Brian selama bertahun-tahun dan sangat sayang rasanya jika harus mencari orang baru untuk bekerja bersamanya. Itu hanya akan menghabiskan waktu!
"Den Brian sarapan dulu sebelum pergi" Bi Siti berucap saat melihat Brian turun dari atas tangga.
"Iya bi. Bibi udah sarapan?" Kini Brian balik bertanya sambil membawa tubuhnya duduk di kursi meja makan.
"Udah atuh den. Bibi ke kamar dulu ya mau ngeluarin barang-barang buat dibawa besok." Bi Siti pamit meninggalkan Brian sendiri di meja makan. Brian mengambil ponselnya dari dalam saku celana dan melihat pesan masuk dari sana. Banyak sekali ternyata email yang belum sempat ia baca. Lalu kini tangannya mulai membalas satu per satu email tersebut. Iseng, ia malah men-scroll pesan- pesan tersebut sampai kebawah. Sampai pada satu pesan yang sudah satu tahun yang lalu ia kirim kepada orang tersebut, tapi sampai saat ini bahkan tak satu pun pesan dari Brian yang ia balas.
_______________________________
"Sayang kok datengnya siangan banget sih"
Ramita ibunda Brian menggandeng lengan Brian anak satu-satu nya tersebut saat baru tiba di rumahnya."Iya ma, tadi aku ke kantor bentar ada file yang harus diambil. Kemaren lupa ngambilnya" Jelas Brian.
"Papa udah nunggu kamu di ruang kerja"
Brian mengangguk dan langsung menuju ruang kerja milik papanya. Ia mengetuk pintu sampai terdengar suara Sams yang mempersilahkan Brian untuk masuk. Ia menyalami tangan Sams dan duduk tepat di depan laki-laki yang parasnya sangat mirip dengan Brian itu.
"Brian... kamu tahu kan kerjaan kamu disana pasti akan sangat berat. Papa minta kamu selalu hati-hati dan jaga kesehatan. Perusahaan disini akan papa handle dengan bantuan Brandon yang mungkin akan lebih banyak.
"Iya pa. Brian laksanakan"
"Ini berkas-berkas nya" Sams menyerahkan sebuah kardus kepada Brian yang didalamnya tentu saja berisi dokumen-dokumen penting. "Jaga baik-baik ya nak. Karena ini sangat penting dan karena ini juga papa bisa bebas dari tuntutan sebagai tersangka."
Brian memperhatikan Sams, terlihat sedikit raut sedih dari mata dan wajahnya saat mengatakan dulu ia sempat berstatus sebagai tersangka akibat kasus perusahaannya yang di Australia tersebut.
"Iya pa." Brian menjawab. Ragu, ia ingin sekali meminta pertolongan papanya saat ini. Tapi ah sudahlah kalau tidak mintak tolong pada papanya maka kepada siapa lagi?
"Pa aku boleh mintak tolong sama teman papa yang detektif di Amerika itu? Buat nyari seseorang"Sams tampak sedikit terkejut dengan pertanyaan Brian. Namun ia mengangguk mengiyakan pertanyaan Brian.
"Siapa? Kamu mau nyari siapa?
"Kanya pa. Anindia Kanya namanya"
_______________________________
Tanpa jejak. Kanya meninggalkan Brian begitu saja. Setelah meminta bantuan detektif di Amerika tersebut, hasilnya sangat membuat Brian kecewa bukan main. Walaupun sebenarnya dulu ia juga pernah mencari informasi mengenai Kanya dengan bantuan detektif , hanya saja kali ini ia berharap bahwa ada informasi terbaru dari Kanya. Apapun itu.
Menurut informasi dari detektif itu bahwa tidak pernah ada nama Anindia Kanya di maskapai manapun menuju Amerika. Tentu saja, karena ia tidak tinggal disana bukan?
Informasinya sama seperti saat dulu Brian menyewa detektif. Lantas dimana sebenarnya perempuan itu berada?Brian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. "Kanya sebenarnya kamu dimana?!" Brian berucap dalam hati dengan penuh penekanan, dan tak sadar meluapkan amarahnya dengan memukul stir kemudi miliknya. Sakit, kecewa dan kesal semuanya bercampur jadi satu. Kenapa perempuan itu tega meninggalkannya tanpa alasan yang jelas. Kalaupun ia benar-benar mendapatkan scholarship di ujung dunia sekalipun, jika Kanya memang mau, maka Brian tidak akan pernah memaksakan kehendaknya atas Kanya dengan tidak memperbolehkan perempuan itu mengejar cita-citanya. Tapi tolong bicaralah dengan jelas Kanya!
Lelaki itu sampai di apartemennya. Membuka pintu kamar dan melihat keadaan sekitar. Dulu, disinilah ia dan Kanya sering berdua menghabiskan waktu terlebih saat weekend. Mengerjakan tugas kuliah bersama, memasak, bermain catur dan melakukan kegiatan apa saja yang akan membunuh waktu mereka dihari itu.
Ia menatap iba pada ranjang miliknya. Disitulah pertama kali ia merasakan perasaan paling bahagia yang pernah ia rasakan bahkan sampai dengan detik ini. Malam itu ia menandakan Kanya sebagai miliknya. Membuat ia berkali-kali jatuh cinta kepada perempuan tersebut. Namun kenyataan berkata lain, kala ia sedang jatuh cintanya terhadap Kanya, perempuan itu menghilang tanpa jejak.
Kanya These battle scars that you make,
Don't look like they're ever going away._______________________________
Dibelahan bumi lainnya seorang perempuan tengah menatap kosong ke arah luar jendela. Larut dalam pikirannya sambil menekuk lutut dan memeluk dirinya sendiri. Memikirkan bagaimana jika ia benar-benar bertemu dengan sosok yang ia tinggalkan pergi begitu saja.
Brian. Andai saat itu Kanya berani mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Apakah hari ini ia akan tetap berada disini? Atau sedang melalui hari-harinya bersama Brian yang pastinya selalu indah jika di lalui bersama.
Kanya beranjak dari posisi nya lalu menuju tempat tidur, mengambil ponsel dan menyalakan lagu yang biasa iya putar jika tiba-tiba sulit tidur seperti saat sekarang ini. Baru saja lagu itu teputar, sebuah notifikasi pesan masuk kedalamnya.
"Kanya Amerika bukan tempatmu saat ini kan? Jadi ada dimana kamu sekarang?"
_______________________________
Kanya yang kamu lakukan ke Brian itu jahad!
Sekian dulu update untuk hari ini ya guys. Semoga masih ada yang mau baca... dan vote yaa tentunya😌🥺Biar semangat nulisnya nih guys hehe...
Yaudah sekian...
Love you,Xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and lost
Romance[21+] Bagaimana rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya? Ditinggal bukan karena ia memilih orang lain. Bukan karena ia sudah bosan. Bukan karena ia ingin istiqomah bukan juga karena ingin fokus belajar untuk ujian. Lalu untuk apa? Dan karena a...