Kanya pergi berpamitan pada nisan yang bertuliskan "Briabigail Raka Samuel" itu. Kanya menyelipkan nama "Samuel" dibelakang nama anaknya yang juga menjadi nama belakang Brian. Yakni Brian Daffandra Samuel. Kanya tersenyum sambil mengelap pipinya yang sudah basah.
Ia teringat untuk mengabari seseorang. Sambil membuka ponsel miliknya, Kanya mengelus kembali nisan Abigail sebelum akhirnya melangkahkan kaki menuju area luar pemakaman.
"Halo"
"H-hai Brandon." Sapa Kanya ketika si penerima telepon menyapanya.
"Kanya! Hei! How are you? It's been a long time,huh? Bener-bener ya lo!
"Hahaha. Easy Brandon. You know I'm just busy now!"
Kanya tersenyum saat mendengar suara ocehanan Brandon, sahabatnya semasa kecil yang juga merupakan sepupu dari Brian.
"Sounds great Kanya! Gue dia Jakarta sekarang. Lupa bilang ke elo."
"Iya dehhh yang lupa apa pura-pura lupa yaaa..." Kanya menyindir Brandon.
"Hahaha... Sekitar 3 minggu yang lalu, gue bantuin om Sams disini. Brian ke Australi- oh wait, hati-hati nanti kalian ketemu!" Peringatnya namun terselip nada jail disana.
"Brandon?"
"Ya?"
"Gue tinggal di rumah Brian sekarang, fyi." Ucap Kanya sambil mengigit bibir bawahnya.
"Hahaha- anjing! Kanya- lo apa? Tinggal dimana?" Kanya menjauhkan hp dari telinganya, kini beberapa orang yang berlalu lalang di trotoar menatapnya karena suara Brandon nun jauh di Indonesia sana terdengar sampai ke Australia. Lelaki itu meneriaki Kanya!
"Ssstt.. Brandon jangan keras-keras gue lagi di tempat umum ini! i"ll tell you later. It's complicated. " Balas Kanya.
"Have you told him?" Suara Brandon mengecil dari yang sebelumnya.
"No. Not yet. I- I mean I just can't."
"Kanya... Lo harus jaga jarak dari Brian, ini gak menutup kemungkinan kalau dia bakal tau. Bukan cuma hubungan lo yang bakal rusak tapi gue, keluarga gue dan keluarga Brian." Suara Brandon tampak memelas di seberang sana. Kanya tak mampu menjawabnya, sebab perasaan bersalah kian hari makin menggerogotinya di tambah kejadian kemarin saat Brian pergi keluar dari kamar.
Sambungan telepon berakhir ketika Kanya mengatakan bahwa ia ada urusan mendadak dan harus pergi. Kanya menonaktifkan telepon genggamnya. Dan kembali melangkahkan kaki ke halte bus berikutnya.
oooooo oooooo
Mereka berdua, Kanya dan Brandon adalah teman semasa kecil sebelum akhirnya Brandon pindah ke Amerika. Tapi, keduanya masih sering bertukar kabar. Saat bersama Brian Kanya mengenalkan Brandon kepadanya, dan betapa lucunya hari itu, Kanya mengenalkan 2 orang sepupu yang sudah lama saling kenal.
Brandon merupakan orang yang membantu Kanya pindah ke Australia. Kanya menceritakan semuanya kepada Brandon, dan memohon kepada lelaki itu agar membantunya. Berat hati sebenarnya Brandon untuk membantu Kanya, karena di sisi lain, ia akan melukai perasaan Brian yang tak lain adalah keluarganya dan ia juga bukan tipe orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Tapi saat ini keadaan sangat mendesak, dan dengan banyak keterpaksaan Brandon akhirnya memasukkan Kanya ke daftar penerbangan tercepat menuju Australia di hari itu. Ia mengutus semua orang suruhannya untuk memperlancar urusan Kanya karena ia saat itu masih berada di Amerika.
Dan semenjak hari itulah semuanya tak lagi sama...
Di Australia, Brandon sudah menyiapkan rumah kontrakan untuk Kanya, awalnya Brandon ingin membelikan Kanya sebuah rumah, tetapi di tolak oleh perempuan itu. Ia beralasan bahwa Brandon sudah banyak membantunya dan tak mau lagi berhutang kepada sepupu Brian itu. Ia juga berjanji akan membayar semua hutangnya pada Brandon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and lost
Romance[21+] Bagaimana rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya? Ditinggal bukan karena ia memilih orang lain. Bukan karena ia sudah bosan. Bukan karena ia ingin istiqomah bukan juga karena ingin fokus belajar untuk ujian. Lalu untuk apa? Dan karena a...