Menanti sebuah jawaban

1.2K 52 0
                                    

Sial. Satu kata itu cukup mendefinisikan apa yang tengah dialami Kanya saat ini. Pagi ini pukul 08.00 waktu setempat ia akan melakukan interview di perusahaan tempat ia melamar pekerjaan kemarin. Tapi lihatlah, pagi ini ia malah telat bangun dan harus huru-hara untuk menyiapkan semua keperluannya yang belum sempat ia bereskan tadi malam.

"Nya! Ya ampuun sarapan dulu!" Naira meneriaki Kanya yang tiba-tiba saja nyelonong keluar kamar menuju pintu keluar.

"Gue telat Nai! Byee bestie muah!!" Astaga Kanya lihatlah bahkan ia masih sempat memberikan kiss bye kepada Naira yang kini geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya itu.

Kanya tak henti-hentinya melirik jam tangan hanya untuk memastikan bahwa ia tidak akan telat. Namun, tiba-tiba ia merasakan bagian uluh hati nya sakit bukan main. Mungkin asam lambungnya naik karena ia belum sarapan. Semoga saja asam lambungnya kali ini bisa diajak kerja sama!

Kanya akhirnya tiba pukul 07.45 Intern Corp. Mantap ia tidak jadi telat pemirsah! Tapi kali ini rasa begah dan mual menyerangi Kanya. Pasti akibat asam lambungnya yang naik.

Kanya tetap berjalan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh pihak information centre yang sempat ia tanyai tadi. Perusahaan ini sangat nyaman, walau masih baru tetapi orang-orang yang bekerja disini tampak seperti orang-orang yang sudah sangat profesional dibidangnya.

Oke sepertinya Kanya harus ke toilet terlebih dahulu. Didalam sini, semua organ-organ didalam perutnya seperti sedang diaduk-aduk. Rasa mual kembali menyerangi Kanya. Kali ini terasa lebih menyiksa.

Waktu 10 menit ia habiskan untuk membereskan sedikit kekecauan di dirinya. Sekarang Kanya berdiri di depan kaca dan kembali memoles lipstiknya yang sudah sedikit luntur. Tapi ternyata efek dari asam lambungnya masih terasa saat Kanya sudah duduk dibangku antrian bergabung bersama calon karyawan lainnya yang akan melakukan interview.

Ia tidak punya waktu lagi untuk keluar dan mencari obat atau mengisi perutnya yang kosong. Karena percuma saja. Jika asam lambungnya sudah sakit begini, diisi pun rasanya akan semakin perih.

"Anindia Kanya" Seorang perempuan dengan setelan jas hitam memanggil Kanya.

"Ya ya... saya sendiri" Kanya menjawab

"Mari ikut saya" Ucap perempuan tersebut.

Kanya mematuhi dan mengikuti langkah perempuan yang kini berjalan di depannya. Sambil berjalan Kanya memperbaiki posisi jas dongker yang ia kenakan memastikan bahwa penampilannya tidak kacau.

"Ouuchh" Langkah Kanya terhenti saat rasa perih di perutnya terasa begitu menyakitkan. Kini kepalanya sudah mulai pening. Keringat dingin pun perlahan mulai berjatuhan. Benar saja tenyata asam lambungnya tidak bisa diajak bekerja sama saat ini.

"Ms. Kanya are you okay?" Perempuan tersebut berbalik arah saat mendengar Kanya mengaduh.

"Oo ohh yeah! I'm okay. Sorry..."Ucapmya ke arah perempuan tersebut dan kembali mengikuti langkahnya.

Sebelum memasuki ruangan tersebut Kanya melirik tulisan "President Director" yang tertempel gagah didepan pintu ruangan tersebut. Dalam hatinya ia bertanya, mengapa ia sampai diruangan direktur utama? Ia hanya akan melakukan wawancara kan?

"Excusme sir. This is ms.Kanya" Ucap perempuan tadi setelah membuka pintu dan Kanya ikut masuk kedalamnya. "Ms. Kanya take a sit please." Sambungnya lalu perempuan tersebut pergi meninggalkan Kanya dan seseorang yang dipanggil "sir" tadi.

Kanya meremas tali tasnya saat kali ini ia marasakan pertahanan dirinya benar-benar akan runtuh. Keringat dingin terus membasahi tubuhnya. Namun ia harus tetap melakukan interview sekarang juga! Bahkan dalam keadaan pingsan sekalipun.

Lost and lostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang