Memang sekuat apapun kita menolak sesuatu untuk datang, jika memang itu ditakdirkan hadir dalam hidup kita maka semua usaha pun akan sia-sia untuk menolaknya.
Kanya tidak pernah menyangka semua bentuk usahanya dalam menghindari Brian berakhir begitu saja saat tempat ia melamar kerja justru membuat ia dan Brian bertemu kembali.
Kini baik Kanya maupun Brian sama-sama larut dalam pikiran masing-masing. Keduanya tengah berada di dalam mobil. Dengan posisi Brian yang menyetir. Kanya tidak mampu membuka suara pun begitu dengan Brian yang tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Walaupun ia pastinya berhak untuk bertanya kemana saja gadis itu selama ini? Mengapa pergi tanpa alasan dan menipu semua orang bahwa ia berada di Amerika? Ada apa dan mengapa ia melakukan semuanya?
Tapi mungkin dibalik semua pertanyaan itu, hal yang paling ingin Brian lakukan saat ini adalah merengkuh Kanya dalam dekapannya dan menghujani perempuan itu dengan kecupan disetiap sudut wajahnya.
Tapi bagi Kanya, Brian di malam ini tidak seperti Brian yang ia kenal. Lelaki itu lebih dingin dan kaku. Tentu saja Kanya! Ia tidak mungkin baik-baik saja saat bersama orang yang pergi meninggalkannya tanpa alasan kan?
Kanya teringat sesuatu bahwa Naira pasti mencarinya. Sebab dari pagi tadi sampai malam ini ia tidak mengabari Naira. Lalu ia merogoh tas nya dan mengambil ponsel. Namun ia lupa bahwa hari ini adalah hari sialnya, sebab ternyata ponsel itu mati.
Kanya menghembuskan napasnya kasar, Brian yang diam-diam memperhatikan gerak gerik sedari tadi langsung menyodorkan ponsel miliknya.
"Pakek aja itu" Ucapnya tanpa menatap Kanya dan tetap fokus pada jalanan.
Ragu, namun Kanya tetap mengambil ponsel milik Brian dan mulai mendial nomor Naira yang kebetulan sudah dihapalnya.
"Halo Nai... "
"..."
"iya ini gue jalan pulang. Nanti gue ceritain, yaudah bye."
Kanya menelepon Naira dengan suara yang sangat kecil berharap bahwa Brian tidak akan mendengarnya. Namun Kanya, di dalam mobil itu cuma ada kamu dan Brian!
"Naira? Yang tadi Naira teman kuliah kamu dulu?" Brian bertanya untuk meyakinkan bahwa Naira yang ditelepon Kanya adalah Naira yang juga ia kenal.
Kanya menatap Brian sekilas dan mengangguk. Lalu keduanya kembali hening.
_______________________________
Kanya memencet bel rumah beberapa kali sampai pada akhirnya manusia yang ia tunggu untuk membukakannya pintu pun datang.
"Astaga Kanya lo dari mana aja seharian ini? Inii... kak Bri Brian..." Entah kemana perginya suara Naira yang tadi meneriaki Kanya saat menyadari siapa orang yang sedang bersama Kanya sekarang ini.
Masker wajah yang tengah dipakai Naira retak begitu saja saat ia terperangah melihat Brian ada di depannya. Kenapa bisa Kanya dan Brian bertemu? Lalu kembali menatap Kanya dengan raut wajah yang tak bisa diartikan.
Kanya hanya memejamkan matanya sekilas saat Naira menatap, mengingat bahwa ia rasanya tak sanggup untuk menceritakan kejadian sehari ini pada Naira.
"Haii kak... makin ganteng aja! Eh maksud aku ma-masuk dulu kak"
Naira berucap basa-basi tetapi malah kecolongan saat melihat penampilan Brian yang sekarang. Sebenarnya Naira dan Brian sudah kenal lebih lama karena orang tua mereka adalah relasi bisnis dan sudah menjalanin hubungan bisnis selama 10 tahun lamanya. Naira juga tampak salah tingkah tak kala mengingat bahwa ia tidak pernah memberi tahu Brian dimana Kanya berada. Dulu sebelum bertemu Kanya di Australia, Naira juga tidak tahu dimana perempuan itu berada. Dan saat itu Brian tengah gencar-gencarnya mencari Kanya. Saat Naira dan Kanya dipertemukan, Kanya memohon kepada Naira untuk tidak memberitahu kepada siapa pun dimana sebenarnya ia sekarang. Jadi ini bukan salah Naira kan untuk tutup mulut?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and lost
Romance[21+] Bagaimana rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya? Ditinggal bukan karena ia memilih orang lain. Bukan karena ia sudah bosan. Bukan karena ia ingin istiqomah bukan juga karena ingin fokus belajar untuk ujian. Lalu untuk apa? Dan karena a...