Brian selesai dengan kegiatannya menyuapi Kanya. Ia juga membantu Kanya meminum obat, panas tubuhnya pun sudah turun. Tetapi sedari tadi sebenarnya ada hal yang jauh lebih mengganjal di hati Brian saat ini, yaitu Abigail. Seseorang yang bahkan saat Kanya sakit pun ia mimpikan. Namun sadar akan kondisi Kanya sekarang, mungkin lain hari saja ia bertanya mengenai si Abigail Abigail ini.
"Naira lembur hari ini" Brian membuka suara memecahkan keheningan yang dari tadi tercipta diantara keduanya.
"Tadi dia sempat pulang sebentar, tapi kamu masih tidur." Lanjutnya.
"Iya, makasih infonya." Balas Kanya yang kini sudah bersuara menjawab ucapan Brian. "Kalau kak Brian capek, ke kamar aja." Kanya menatap Brian yang tiba-tiba menghentikan kegiatannya yang sedang membereskan nakas dari tumpukan benda diatasnya.
Mata elang Brian menatap manik kecil milik Kanya. Manik kecil itu tampak takut karena disana Brian menatapnya dengan sinis. "Kamu mau aku pergi?" Nada berat Brian mangalun memberi sebuah pertanyaan bukan jawaban atas ucapan Kanya tadi.
"B-bukan maksud aku... Kak Brian keliatan capek. Aku gak mau ngerepotin." Kanya terbatah-batah.
Brian memejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya berkata. "You don't know how love works Kanya." Lalu Brian pergi meninggalkan Kanya dengan tumpukan benda diatas nakas yang belum sempat ia bereskan semua. Mungkin Brian cukup terbawa suasana karena ia masih penasaran dengan siapa Abigail ini, ditambah dengan sikap Kanya yang seolah menolak semua bentuk perhatian yang ia berikan.
oooooo oooooo
Kanya, tidak taukah ia telah melukai ego Brian? Atau ia pura-pura tidak tau untuk mengambil sikap atas semua tindakan Brian kepadanya? Saat awal pertemuan mereka setelah empat tahun lamanya, Brian mengirimkan makanan saat Kanya sakit, meloloskan Kanya interview kerja, mengizinkan Kanya dan Naira untuk tinggal di rumahnya dan memberikan perhatian pada Kanya. Tapi mengapa Kanya seolah-olah menolak? Bahkan setelah ciuman intim mereka, Kanya tak menyadarinya? Apa benar ia sudah tak lagi menginginkan Brian? Atau mungkin memang Abigail inilah yang menjadi penghalangnya?
Brian yang sudah berbaring di ranjang menanggalkan t-shirtnya dan membuang asal. Perasaan dilukai oleh Kanya masih begitu menggebu-gebu saat ini. Ia menarik selimut dan menutup mata, berharap besok pagi atau mungkin besoknya lagi dan bahkan besok-besoknya lagi, Kanya akan menyadari perasaan besar yang Brian bawa untuknya.
oooooo oooooo
"Kanya lo gak bego buat sekedar ngerti ucapan Brian ke lo kan?" Kanya meneguk air hangat yang sudah ada di genggamannya dari tadi. Ia menceritakan kejadian antara dirinya dan Brian tadi malam dan kini ia di caci habis-habisan oleh Naira. Kanya tau pertanyaan Naira barusan adalah sindiran untuknya.
"Dia gak nyakitin lo bahkan seujung kuku pun Nya, gue gak bisa bayangin kelak dia tau apa yang selama ini lo tutupin dari dia." Lanjut Naira.
"Thats why i go from him, and let him go to find his happiness Nai!." Entah kenapa saat melontarkan kalimat tersebut, tubuhnya kembali memanas. Seolah memberikan sinyal penolakan kepada hatinya. Padahal kondisi Kanya pagi ini sudah membaik.
"Stupid! His happiness is you bitch! Come on Kanya, lo gak capek apa denial terus?" Akhirnya Naira sudah bisa marah kepada Kanya setelah kurang lebih dari enam tahun mereka berteman. Kanya yang pintar ini tiba-tiba saja menjadi bodoh hanya karena perasaannya sendiri. Kalimat "cinta membuat seseorang menjadi bodoh" sudah bisa ia buktikan, dan itu ada pada sahabatnya sendiri, Kanya.
"Gue udah berjalan sejauh ini dan lo tau kalau gue sama Brian lagi, gak menutup kemungkinan dia nanya kemana gue selama empat tahun ini." Ucap Kanya frustasi.
"Awalnya gue juga ngira gitu, tapi kita gak tau gimana cara tuhan bekerja diatas sana Nya. Dan lihat, sekarang lo kerja sama siapa? lo tinggal di rumah siapa? Itu tandanya apa? Bahkan selama empat tahun ini lo pergi, dia nemuin lo, lagi. "
Dalam hati Kanya membenarkan semua ucapan yang keluar dari mulut Naira. Ia sadar beginilah cara tuhan memberikan jalan hidupnya. Dan seperti inilah semesta akan bekerja padanya. Tapi Brian, akankah ia menerima semua kehidupannya empat tahun belakang?
oooooo oooooo
Semua beban di pundaknya terasa sangat sulit untuk Kanya pikul. Belum berbaikan dengan Brian, sekarang Naira juga ikut marah padanya. Bukan tanpa alasan ia menolak segala bentuk perhatian atau apapun yang berhubungan dengan Brian, ia hanya takut jika suatu saat Brian mengetahui hal yang selama ini ia tutupi.
Setelah tadi pagi adu mulut dengan Naira, Kanya tidak mendapati wanita itu pada sudut manapun di rumah. Mungkin kembali pergi bekerja pikirnya. Sekarang sudah siang, waktu menunjukkan pukul kurang dari jam 2.
Kini Kanya sadar bahwa di ujung jalan, hanya ada kita yang akan menunggu diri kita sendiri. Menandakan bahwa bagaimanapun, orang lain tidak akan mungkin selalu ada untuk kita. Empat tahun ini, jika Kanya teringat masa sulitnya saat itu, ia akan selalu mencari Naira. Tapi sekarang, tampaknya perempuan keturunan Batak itu benar-benar marah terhadap sikapnya. Jadi, sekarang Kanya harus mencari jalan keluar dari semua masalahnya sendiri.
Lama Kanya termenung di dalam kamarnya, memikirkan langkah apa yang harus ia tempuh dan mungkin melawan rasa takut dan langsung menceburkan diri kedalamnya adalah pilihan yang tepat untuk membuat benteng keberanian pada diri kita. Dan Kanya bertekad untuk menemui Abigail siang ini, walaupun ini adalah kali pertama setelah empat tahun ia tak pernah menemui Abigail sendirian.
Kanya berdiri dari duduknya, mengambil outer hitam dari dalam lemari dan benar-benar akan melangkahkan kakinya keluar rumah untuk menemui Abigail, Sang pujaan hati.
oooooo oooooo
Kanya berjalan diantara banyaknya petakan tanah kuburan yang tersususun rapi di samping kanan dan kirinya. Dan terus berjalan sampai pada sebuah tanah kuburan yang ia tuju. Disana Kanya duduk sambil mengelus nisan diatasnya. Meletakkan bunga mawar putih yang tadi sempat ia beli. Untuk pertama kalinya Kanya berada di kuburan Abigail sendiri, tanpa ada Naira.
"Hai, sweetheart how are you?" Tanya Kanya pada nisan yang takkan mungkin memberikannya jawaban. "I hope you fine up there...You know? i've been having hard day lately, and i always think 'bout you." Perlahan tanpa izin air mata Kanya sudah membasahi kedua pipinya. Perasaan sesak yang ia tahan, lebur begitu saja ketika ia bercerita pada nisan Abigail.
"Abigail... he founds me. Dan sekarang aku tinggal di rumahnya... Dia tidak pernah berubah, tetap perhatian dan baik padaku. Jika kamu bertemu dia, i can make sure you'll be happy like me." Bibir Kanya terangkat kesamping kiri-kanan mengingat siapa orang yang sedang ia ceritakan. Ialah Brian.
"Mama loves him so much sweetheart, tapi bagaimana ini? Mama sangat takut pada kenyataan jika nanti ia tau rahasia yang selama ini mama simpan." Ia menjeda kalimatnya, akibat menangis, dada Kanya terasa sesak. "Kamu pasti tau kan siapa yang sedang mama ceritakan. Your father sweetheart." Kanya mengelap air matanya yang makin deras keluar.
oooooo oooooo
Satu per satu kepingan puzzle cerita Kanya yang tiba-tiba pergi terungkap ya bestie. Jadi, Abigail ini anak Kanya dan Brian. Kenapa Kanya pergi empat tahun lalu juga ada hubungannya dengan Abigail sendiri. Dan yang paling penting adalah tetap baca untuk tau kebenaran-kebenaran mengenai Kanya di part berikutnya!
Hope you like this story, terima kasih kalian yang menyempatkan waktu untuk vote dan komen cerita ini. Semoga harimu selalu menyenangkan dan masalahmu selalu menemukan jalannya untuk keluar.
Nb: di part selanjutnya bakal ada yang "ehem" r
Stay safe and healthy yaa❤️
With love,
Xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and lost
Romance[21+] Bagaimana rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya? Ditinggal bukan karena ia memilih orang lain. Bukan karena ia sudah bosan. Bukan karena ia ingin istiqomah bukan juga karena ingin fokus belajar untuk ujian. Lalu untuk apa? Dan karena a...