Better (21+)

1.6K 26 0
                                    

PART INI MENGANDUNG NINA NINU YAA! TIDAK ADA JAMINAN KEAMANAN DARI AUTHOR UNTUK YANG BELUM PUNYA PASANGAN, APALAGI YANG DI BAWAH UMUR!

oooooo oooooo

Nadine menyeringai tatkala dirinya masih menatapi salah satu dokumen di dalam macbook yang ia beri nama "Kanya's last session." Entah apa tujuannya memberikan nama tersebut menjadi nama dokumen yang berisikan bukti-bukti saat Kanya kabur beberapa tahun silam. Tetapi ada satu hal yang membuat dirinya tak bisa sabar, sampai hari kedua setelah ia menelepon Brandon, pria itu tak menunjukkan progress apa-apa untuk membuat Kanya dan Brian berpisah. Malah, terakhir Nadine mengetahui bahwa keduanya sedang pergi jalan-jalan di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di pusat kota. Yang berarti bahwa hubungan mereka masih baik-baik saja.

Mungkin memang panjang umur Brandon ini, baru saja Nadine memikirkannya, kini pria itu sudah datang menelepon. Nadine tersenyum senang seraya memperhatikan nama Brandon yang tertera di layar handphonenya.

"Hy, little boy" Sapa Nadine senang.

"Oh hy pretty woman" Balas Brandon tak kalah senang.

"Wahh, ada yang keliatannya senang nih. Sooo, sudah sampai mana progress lo?" Tanya Nadine yang kini sudah menaikkan kaki keatas meja kerja di kamarnya.

"Progress? Yang pastinya hari ini gue udah ketemu banyak orang penting untuk peluncuran salah satu brand baru kami." Jawab Brandon di seberang sana sambil menyeruput coklat hangat yang tadi ia titip kepada Anjani, sekrestarisnya itu.

"Don't play with me little boy. Lo jelas tau progress apa yang sebenarnya gue tanya." Ucap Nadine yang mulai terpancing emosi.

"Listen carefully miss Nadine. Gue gak balal ngotorin tangan gue untuk ikut kedalam permainan busuk lo itu!"

Nadine hanya tersenyum ringan mendengar penuturan dari Brandon. "Ngotorin tangan? Eh! Sebelum ini lo juga udah ngotorin tangan lo buat bantu si Kanya kabur dari Brian! Tapi, okay-okay aja sih kalau lo gak mau, lo tau sendiri kan konsekuensinya?" Balas Nadine.

"Gue bukan orang bodoh yang bisa lo ancam-ancam, Nadine. Karena sebelum lo ancam gue, sekarang mending lo perhatiin laptop kesayangan lo, yang mungkin udah beberapa hari ini lo pantengin terus, berharap bahwa bukti-bukti yang lo punya akan membawa lo pada sebuah kemenangan." Brandon kembali menyeruput coklat hangatnya sampai habis tak bersisa. Sengaja ia berikan sensasi "aah" pada akhir seruputannya.

Mata Nadine terbuka nyalang menatap layar laptopnya. Dimana saat itu juga, satu per satu foto dan rekaman video di dalam dokumen "Kanya's last session" itu terhapus. Sesegera mungkin Nadine memencet tombol-tombol laptopnya agar semua file tersebut tidak terhapus. Namun nihil, karena semua yang ada di dalam dokumen tersebut hilang. Lalu, tangan Nadine beranjak untuk memeriksa "recycle bin" pada laptopnya, tetapi ternyata dokumen tersebut terhapus secara permanen.

"Holy shit! Apa-apan lo Brandon!!" Teriaknya pada Brandon yang suara tawanya sudah menggema di telinga Nadine.

"Gimana? Permainan gue lebih gila dan asik kan? Oh, gak cuman di laptop doang, semua bukti mengenai Kanya di handphone lo juga permanently deleted." Ucap Brandon yang langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak tanpa persetujuan, seperti yang dilakukan Nadine beberapa hari yang lalu.

oooooo oooooo

Kanya membantu Brian membereskan semua peralatan di meja kerja pria itu. Malam ini, Brian memilih untuk melanjutkan sedikit pekerjaannya agar besok ia bisa pergi berkencan dengan Kanya, karena ia sudah menjanjikannya.

"Lagian udah jam 11, masa gak mau istirahat?" Tanya Kanya, yang tangannya masih sibuk memindahkan tumpukan kertas dari meja ke lemari di samping kirinya.

Lost and lostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang